TEMPO.CO, Jakarta - Keseimbangan orang tua dalam menggunakan teknologi dengan menjaga kesehatan adalah modal penting mengasuh anak. Hal itu disampaikan psikolog perkembangan anak usia dini dari Universitas Indonesia, Yuni Widiastuti, saat mengenalkan konsep masyarakat superpintar atau Super Smart Society 5.0 pada diskusi Kelas Orang Tua Hebat (kerabat) ke-11 yang diselenggarakan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Jakarta Selasa, 14 November 2023.
"Tujuan Super Smart Society 5.0 itu untuk mewujudkan masyarakat tetap berpusat pada manusia yang punya wellbeing (kesehatan) optimal, juga bisa berkontribusi dalam penyelesaian masalah sosial melalui sistem yang mengintegrasikan teknologi dan ruang fisik sehingga keduanya seimbang untuk menciptakan generasi yang hebat di masa mendatang," jelas Yuni.
Pada diskusi tersebut, ia melontarkan pertanyaan dalam bentuk survei yang diolah kecerdasan buatan kepada 800 peserta tentang bagaimana keadaan orang tua di masa sekarang. Hasil jawaban survei singkat tersebut menunjukkan sebagian besar peserta merasa kondisi orang tua saat ini mengalami tantangan berat karena media sosial. Mereka merasa menemukan kebahagiaan saat bermain media sosial sehingga anak kurang mendapatkan perhatian secara maksimal.
"Jawabannya sebagian besar menyebutkan kalau lebih bahagia saat main TikTok, tidak mau direpotkan, sibuk dengan gawai, anak kurang bonding dengan orang tua, baby blues (depresi pascapersalinan), tantangan berat karena media sosial," ujarnya.
Penggunaan teknologi belum maksimal
Penggunaan media sosial yang dianggap masih menjadi tantangan tersebut membuktikan teknologi masih belum dapat berjalan selaras dengan kesehatan sehingga pengasuhan anak belum bisa maksimal.
"Kita sedang menuju Society 5.0 di mana yang paling utama yakni fokus pada sumber daya manusia, lalu teknologi. Kedua hal ini yang harus sama-sama ditingkatkan karena kalau kita berbicara soal manusia, berbicara juga soal wellbeing," tuturnya.
Ia menjelaskan anak-anak diharapkan menjadi manusia yang lebih humanis pada masa depan sekaligus menguasai teknologi untuk bisa terus bersaing secara global. "Kalau berbicara soal manusianya, kita tentu berharap pada masa depan anak-anak tumbuh menjadi sosok yang humanis. Sedangkan terkait teknologi, tentu kita akan bicara soal keterampilan di masa depan yang dibutuhkan oleh anak itu yang seperti apa, jadi dua-duanya harus seimbang," paparnya.
Ia pun berpesan demi kesuksesan pada masa depan mesti ada dua hal yang dikuatkan kepada anak-anak, yakni senantiasa menjaga kesehatan demi menjadi manusia yang bisa menggunakan semua teknologi yang ada untuk bertahan hidup.
"Orang tua perlu melatih wellbeing anak sejak dini sekaligus memberi fasilitas kepada mereka agar bisa melatih keterampilan yang bermanfaat bagi masa depannya," tandas Yuni.
Pilihan Editor: Bisakah Orang Tua Narsisis Besarkan Anak?