TEMPO.CO, Jakarta - Ketika menjalin kisah cinta dengan seseorang, tentunya kita berharap hubungan tersebut bisa berjalan baik dan langgeng hingga ke jenjang yang lebih serius. Namun, di situasi tertentu terkadang hubungan melalui masa bosan bagi sebagian orang hingga akhirnya mereka merasa jatuh cinta kembali dengan orang baru dan masih mencintai pasangan lamanya. Kondisi ini dalam istilah psikologi menurut verywellmind.com sebagai cinta segitiga.
Cinta segitiga sendiri merupakan teori yang dikemukakan oleh seorang psikolog bernama Robert Sternberg pada akhir 1980-an.
Masih dikutip dari laman yang sama, seseorang sangat mungkin untuk memiliki tingkat keintiman, hasrat, dan komitmen yang berbeda dalam satu waktu. Cinta segitiga bisa saja hadir secara tidak sadar saat kesempatan itu memang ada serta intensitas bertemunya pasangan kita dengan orang baru.
Cinta segitiga pada pasangan bisa dideteksi sedini mungkin dengan cara-cara psikologi. Psychologytoday menyatakan tes cinta segitiga bisa diketahui dengan kita rutin mengajukan pertanyaan seputar tiga hal mengenai keintiman, komitmen, dan gairah kepada pasangan terutama yang menjalin hubungan bertahun-tahun.
Misalnya untuk keintiman coba tanyakan kepada pasangan apakah hubungan yang selama ini dijalani membuat dirinya nyaman atau tidak. Jawabannya dengan memberikan skor 1 (sangat tidak nyaman) hingga 5 (sangat nyaman) poin.
Tes deteksi cinta segitiga itu memiliki jumlah 45 pertanyaan, jumlahkan skornya per item lalu rata-ratakan. Apabila nilai pasangan per item tersebut memiliki nilai 3 ke bawah, artinya ada kemungkinan ia merasakan cinta lain di luar hubungan.
Selain melalui deteksi psikologi tersebut, jika kita memiliki tingkat keintiman yang tinggi terhadap pasangan yang tengah merasakan cinta segitiga perubahan sifatnya akan mudah dikenali serta dirasakan.
Pilihan editor: Cinta Segitiga Dapat Berdampak Negatif untuk Kesehatan