TEMPO.CO, Jakarta - Rasa cinta merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada setiap individu dalam hidupnya. Cinta bisa datang kapan dan di mana saja, serta kepada siapa pun. Hingga terkadang menghadapkan pada perasaan yang saling terhubung lebih dari dua hati hingga membentuk cinta segitiga.
Dikutip dari Psychology Today ada 3 tahapan untuk mendeteksi seseorang terlibat cinta segitiga atau tidak, yakni tes keintiman, komitmen, serta gairah.
Tes keintiman untuk mengukur sejauh mana pasangan mampu menjaga komunikasi untuk tetap terhubung. Komitmen untuk menunjukkan tingkat keseriusan hubungan kedepannya, dan gairah untuk mengetahui seberapa besar perasaan menggebu untuk pasangan. Masih dikutip dari sumber yang sama, setelah tes dilakukan skor akan dihitung.
Jika tiap tes memiliki skor di bawah tiga artinya salah seorang pasangan mungkin telah merasakan cinta yang lain sehingga perasaannya terbagi.
Tes tersebut sangat direkomendasikan karena baik bagi kondisi kesehatan mental dan pikiran individu yang mungkin terganggu akibat hubungan yang kurang sehat dan menjurus ke arah toxic relationship.
Salah satu solusi terbaik saat terlibat dalam cinta segitiga bagi yang berpasangan yakni memutuskan untuk 'break' terlebih dahulu. Bukan berarti putus hubungan, tetapi memberikan waktu dan ketenangan masing-masing untuk menentukan apakah perasaan tersebut hanya sekadar angin lalu atau sudah terlalu dalam.
Pada dasarnya cinta segitiga ada karena suatu keadaan yang mendukung, dan apabila tidak diputuskan secara bijak dapat menjurus ke arah perselingkuhan yang lebih ekstrem. Untuk itu, diperlukan kontrol diri yang baik serta pikiran terbuka individu sehingga tidak timbul penyesalan di kemudian hari akibat cinta itu sendiri.
MELINDA KUSUMA NINGRUM | LUCIANA
Pilihan editor: Cinta Segitiga Dapat Berdampak Negatif untuk Kesehatan