TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo, Mira Yulianti, mengatakan perlunya memperhatikan gejala varian baru COVID-19 subvarian Omicron pada orang yang lebih tua meski terlihat seperti gejala flu biasa.
“Orang tuanya banyak tidur, lemas, enggak mau makan, batuk pileknya nggak disertai demam itu lebih hati-hati bahwa sangat mungkin orang tua kita atau kakek nenek terkena COVID,” kata Mira, Selasa, 9 Januari 2024.
Mira mengatakan varian COVID-19 terbaru yang merupakan turunan dari virus jenis Omicron ini pada orang yang masih muda akan seperti gejala flu biasa dan tidak terjadi keparahan yang berarti. Namun, pada orang yang lebih tua, terutama yang memiliki komorbid berat akan menjadi masalah.
Penularan subvarian Omicron yang disebut BN.1 ini memang tergolong cepat dan ada peningkatan kasus di berbagai negara, termasuk Indonesia, dalam dua bulan terakhir. Namun, bagi yang pernah terinfeksi COVID-19 sebelumnya dan melakukan vaksin lengkap akan terbentuk sistem imun yang otomatis menangkal virus baru ini sehingga gejalanya tidak separah dulu.
“Alhamdulillah, saat ini tidak ke arah sana jadi memang tingkat penularannya tinggi tapi yang menunjukkan gejala berat adalah orang-orang yang memang memiliki komorbid cukup berat tapi enggak ada kasus kematian yang melonjak,” ungkap Mira.
Periksa swab antigen
Ia mengimbau jika merasa bergejala seperti batuk dan pilek sebaiknya melakukan pemeriksaan swab antigen atau PCR yang dapat mendeteksi virus influenza secara keseluruhan atau COVID-19. Jika memang didapati hasil yang positif maka perlu kesadaran diri untuk menghindar dari orang yang sehat atau yang memiliki daya tahan tubuh lemah agar tidak menularkan. Pencegahan bagi yang sehat pun tetap sama dengan yang pernah dilakukan saat merebaknya COVID-19 yakni memakai masker dan rajin cuci tangan karena virus menular melalui droplet atau percikan liur.
“Kalau memang bergejala masih awal, masih dini, itu batuk pilek biasa. Tapi ada potensi untuk memberat makanya kalau sakit batuk pilek biasa kalau memungkinkan lakukan pemeriksaan swab antigen atau PCR, saran saya tetap dilakukan untuk menghindari menularkan ke orang lain yang kekebalan tubuhnya lebih lemah daripada kita,” jelas Mira.
Jika varian virus baru ini mengenai orang-orang yang berisiko progresif menjadi lebih parah atau high risk progression maka akan diberikan antivirus yang sudah direkomendasikan WHO dan atas pengawasan dari dokter. Mira juga mengimbau untuk tetap mendapatkan informasi hanya dari sumber yang terpercaya dari laman institusi kesehatan seperti WHO, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dan Kementerian Kesehatan, atau media sosial resmi rumah sakit.
Pilihan Editor: Ragam Istilah Ketika Pandemi Covid-19, Masih Ingat dengan Social Distancing?