TEMPO.CO, Jakarta - Perdagangan daging anjing dilarang dengan alasan mengonsumsi daging anjing memiliki risiko dan bahaya serius bagi kesehatan manusia dan kesejahteraan hewan. Lantas, apa risiko dan bahaya makan daging anjing?
1. Rabies
Daging anjing kebanyakan dapat terkontaminasi rabies. Penyakit rabies adalah kondisi yang dapat menyerang otak dan sistem saraf hingga berujung pada kematian.
Sebagian besar anjing banyak yang terinfeksi rabies. World Health Organization (WHO) menyoroti perdagangan daging anjing sebagai salah satu faktor penyebab penyebaran rabies di Indonesia. Daging anjing menimbulkan bahaya besar bagi mereka yang menangkap, menyembelih, dan memakan hewan tersebut.
2. Masalah Pencernaan
Pada anjing yang telah mati, daging anjing saat dimasak terdapat bakteri yang bisa membelah dan berkembang di perut manusia, hingga menyebabkan diare dan gangguan pencernaan lainnya. Selain itu, cacing jantung atau dirofilaria immitis yang terdapat pada daging anjing adalah parasit yang menyerang jantung dan paru-paru.
3. Penyakit Zoonosis
Salah satu penyakit yang paling sering dikaitkan dengan konsumsi daging anjing adalah rabies. Konsumsi daging anjing meningkatkan risiko penyebaran penyakit zoonosis, yaitu penyakit yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Selain itu, daging anjing juga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit seperti brucellosis, trichinellosis, dan leptospirosis.
4. Salmonella dan Kolera
Daging anjing juga dapat mengandung bakteri dan parasit berbahaya yang dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Konsumsi daging anjing yang tidak terjamin kebersihannya dapat menyebabkan racun makanan dan infeksi bakteri seperti E. coli, Salmonella, dan Campylobacter. Bakteri ini dapat mengembangkan penyakit salmonela dan Kolera dalam tubuh.
HUMANE SOCIETY INTERNATIONAL | SCIENCEDAILY
Pilihan Editor: 5 Negara yang Larang Konsumsi Daging Anjing