TEMPO.CO, Jakarta - Bau badan bisa menyampaikan informasi tentang keadaan fisiologis dan emosional seseorang. Yang mana informasi itu juga dapat dirasakan oleh orang lain. Lalu mengapa orang melakukan self sniffing?
Ini karena self sniffing bisa membantu memantau status kesehatan dan kebersihan seseorang. Itu juga dapat mengatur penampilan seseorang, dikutip laman PsyPost.
Dilansir dari Psychology Today, biasanya orang ingin tampil terbaik saat berada di depan umum. Untuk menghindari situasi memalukan, kita sering memeriksa penampilan dan pakaian dengan cermin. Tetapi penampilan visual kita bukanlah satu-satunya hal tentang diri kita yang terus kita pantau. Indra lain yang sangat relevan dalam situasi sosial adalah aroma.
Berbau keringat, tengik, atau menjijikan bisa menimbulkan konsekuensi sosial yang negatif dan parah bagi manusia. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila banyak orang terkadang mengendus tubuhnya untuk mengetahui baunya. Contoh umumnya adalah dengan mengangkat lengan dan mengendus ketiak untuk mendeteksi bau keringat. Selain itu juga menghirup tangan untuk mendeteksi bau mulut.
Penelitian psikologi tentang self sniffing (mengendus diri sendiri) jarang dilakukan di masa lalu. Hal tersebut membuat faktor psikologis yang mendasari self sniffing belum dipahami dengan baik. Namun sebuah studi baru yang belum lama ini diterbitkan dalam jurnal ilmiah Physiology dan Behavior berfokus pada psikologis mengendus diri (sebagimana para ilmuan menyebutnya dengan olfactory self inspection).
Tim peneliti menggunakan kuesioner online untuk mengetahui banyak fakta menarik tentang self sniffing. Secara keseluruhan, 209 relawan berpartisipasi dalam penelitian yang dipimpin oleh ilmuwan Dagmar Schwambergova dari Universitas Charles di Praha (Republik Ceko). Para relawan mengisi kuesioner tentang self sniffing dan pertanyaan tentang kebersihan serta rasa jijik. Berikut wawasan utama dari penelitian tersebut.
Bagian tubuh paling sering diendus ialah tangan
Hasil kuesioner self sniffing menunjukkan tangan adalah bagian tubuh yang paling sering diendus oleh diri sendiri. Itu disusul oleh ketiak, rambut, kaki, dan napas.
T-shirt bekas adalah pakaian yang paling sering diendus orang
Salah satu cara mengendus bau badan ialah dengan mencium item pakaian yang sudah dipakai. Oleh karena itu, para ilmuwan pun bertanya kepada para relawan tentang jenis self sniffing ini. Dan pakaian yang paling sering tercium baunya adalah T-shirt bekas, diikuti oleh celana panjang, kaus kaki, serta pakaian dalam.
Ada tiga jenis utama self sniffing
Dengan metode statistik yang rumit, para ilmuwan menganalisis jawaban pada sukarelawan mengenai mengendus diri sendiri, dan mengidentifikasi tiga jenis utama.
1. Self sniffing yang dapat diterima secara sosial. Jenis mengendus ini mencakup mengendus pakaian usang dan bagian tubuh yang memiliki bau menyengat yang mungkin diperhatikan oleh orang lain, seperti ketiak dan kaki. Kawasan itu sering diperiksa oleh beberapa orang untuk menghindari reaksi negatif.
2. Self sniffing secara intim. Jenis mengendus diri sendiri yang satu ini mencakup mengendus bagian tubuh yang biasanya tidak diendus orang di depan umum karena tabu, contohnya pusar.
3. Self sniffing kosmetik. Jenis mengendus ini mencakup mengendus bagian tubuh yang menggunakan kosmetik (termasuk parfum dan sampo), seperti leher serta rambut. Orang-orang mengendus bagian tubuh tersebut untuk memeriksa apakah parfumnya masih wangi.
Perbedaan mengendus diri antara pria dan wanita
Para ilmuwan tidak mengamati adanya perbedaan gender dalam penerimaan sosial terhadap self sniffing. Tetapi daripada perempuan, laki-laki punya frekuensi lebih tinggi mengendus diri sendiri secara intim. Sementara perempuan memiliki frekuensi lebih tinggi untuk mengendus dirinya sendiri secara kosmetik, dibandingkan laki-laki.
Orang dengan masalah kesehatan lebih sering mengendus diri sendiri
Para ilmuwan juga menemukan orang yang sering mengalami masalah kesehatan menunjukkan lebih banyak sambutan sosial terhadap perilaku self sniffing, daripada orang yang sangat sehat. Hal ini menunjukkan bahwa orang sakit lebih sering memeriksakan penciumannya untuk memeriksa perubahan penciuman akibat sakit.
Dwi Arjanto
Pilihan editor: Amankah Menggunakan Tawas Sebagai Deodoran