TEMPO Interaktif, Jakarta: Saat membayangkan hidangan Betawi, sebagian orang pasti teringat oleh soto Betawi H. Ridwan di Pondok Pinang, nasi uduk di Tanah Abang, serta pecak gurami dan gabus pucung H. Nasun di Jalan H. Kahfi, Jagakarsa. Selain ketiganya, masih ada gado-gado, ketoprak, asinan, dan ketupat sayur di tempat lain yang membuat orang terkenang. Maklum, semua mengundang selera. Meski dikemas sederhana, soal rasa, dapur asli Betawi ini memang jempolan.
Lantas bila hidangan itu berkumpul di restoran hotel bintang lima, bagaimana tampilannya? Kue putu di restoran Satoo Hotel Shangri-La Jakarta dibuat lebih lembut.
Baca Juga:
Menurut Ronny Nugroho, Satoo Sous Chef, pembuatan kue putunya dijamin lebih higienis ketimbang putu buatan pedagang keliling. Pembuatannya juga tak memakai minyak tanah serta uap, yang membuat tekstur kue dan gula merahnya menjadi kasar. "Besar api mesti diatur dalam pembuatan kue putu," ujarnya kepada Tempo pekan lalu.
Salah satu restoran di hotel yang berada di kompleks BNI 46, Sudirman, ini membuat parade hidangan Betawi dari 21-27 Juni untuk merayakan hari jadi Kota Jakarta ke-482. Hidangan pembuka hingga penutup dibuat oleh koki masakan Eropa. Gado-gado langsung dibuat di depan tamu, sehingga rasa pedas bisa tergantung selera pemesan. Sekaligus para tamu bisa belajar cara pembuatannya. Bukan cuma gado-gado, sejumlah makanan lain pun diolah di depan tamu.
Soal rasa, sejumlah tamu lokal menyebut rasa gado-gado terlalu manis. Yang mungkin bisa menjadi pilihan adalah soto Betawi. Makanan berisi daging sapi, kentang, dan tomat ini juga menyuguhkan kuah santan yang kental sehingga aromanya menyengat. Para tamu dapat menyantap masakan Betawi ini saat makan siang atau makan malam. Selain gado-gado, soto Betawi, dan kue putu, masih ada kerak telur, sayur asem, asinan, selada ikan, rujak serut, semur ayam, tumis pare, ikan asin, serta beragam jenis sambal, kerupuk ikan dan peyek. Untuk jajanan pasar, ada kue gemblong, lopis, cucur, hingga pepek. Paket menu ini berkisar pada Rp 250 ribuan per orang.
Bergeser ke arah Mega Kuningan, Hotel Ritz Carlton pun menggelar Treasure of Batavia di restoran Airlangga pada 18-28 Juni. Disambut oleh dua pasang abang-none Betawi, dokar, becak, dan gambar Jakarta tempo dulu, plus langgam Betawi yang dibawakan grup musik asli, suasana pun benar-benar kental dengan aksen Jakarta. Berangkat dari tema warisan yang dimiliki kota ini, maka yang disuguhkan adalah menu yang sudah langka, seperti gabus pucung, yang terbuat dari ikan gabus air tawar dengan guyuran keluak encer.
Airlangga Sous Chef, Bina Surawa, menyebutkan, ikan gabus tawar ini sulit dicari. Pemesanan sudah dilakukan dari sebulan lalu dan hidangan ini tergolong langka di Jakarta. Kuahnya dibuat encer sehingga rasa keluak tak terlalu menyengat, dan tidak terasa pedas. Cukup menarik untuk dicoba, meski duri-duri ikan terus mengganjal ketika kita mengunyahnya. Pete dan jengkol yang menjadi menu khas di meja keluarga Betawi pun dihadirkan, sebagai panjangan maupun olahan. Semur jengkol menjadi salah satu teman untuk nasi uduk, selain semur daging, telur cabe, dan telur dadar. Rasanya tak terlalu manis, dan kenyal. Nasi uduknya pun menebar wangi.
Makanan khas lain adalah pindang serani, yang berkuah dan terasa segar. Ada pula aneka makanan kuah, seperti soto mi, soto Betawi, serta sup buntut dengan rasa dan aroma unik karena buntutnya terlebih dulu dibakar, meski agak asin. Camilan rebusan dihadirkan dalam kukusan bambu. Ada jagung, ubi, dan kacang kedelai rebus. Sedangkan minuman yang dihidangkan adalah bir pletok. Bir itu disiapkan dalam gerobak khusus dengan teko besar dan hiasan daun seucang, yang menjadi salah satu bahan pembuatan bir pletok. Bila ingin yang segar, ada jambu gulampo dan manisan. Satu paket prasmanan ala Betawi ini ditawarkan antara Rp 188 ribu dan Rp 238 ribu.
RITA | HERU TRIYONO