Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sejarah Kalender Cina dan Perayaan Imlek dari Dinasti Shang hingga Pernah Dihapus Mao Zedong

image-gnews
Ilustrasi imlek. Shutterstock
Ilustrasi imlek. Shutterstock
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Selain huruf dan angka, salah satu indikator kemajuan suatu peradaban adalah sistem penanggalan atau kalender. Dalam sejarah peradaban dunia, sejumlah bangsa telah membuat dan menjalankan sistem kalender sendiri. Perayaan tahun barunya pun beragam termasuk Imlek atau tahun baru Cina. 

Peredaran bulan, matahari bahkan planet menjadi dasar dalam hitungan berbagai sistem penanggalan tersebut, yang berpatokan pada peredaran matahari misalnya ada kalender Sunda, Masehi, kalender Jawa dan banyak lagi. Ada juga penanggalan yang berpatokan pada peredaran matahari dan planet seperti kalender Suku Maya. Adapun peredaran bulan biasanya jadi patokan kalender hijriyah dan Cina. Namun sejumlah sumber menyebut jika kalender Cina juga diatur berdasarkan fase bulan dan matahari.   

Jika kalender biasa merayakan pergantian tahun pada 1 Januari setiap tahunnya, kebiasaan tersebut berbeda dengan tradisi Cina yang menandai Tahun Baru Imlek pada tanggal yang berubah setiap tahun.

Asal usul Tahun Baru Imlek dapat ditelusuri kembali ke Dinasti Shang pada abad ke-14 SM. Kalender China tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk menentukan waktu, tetapi juga sebagai panduan untuk urusan keagamaan, politik, sosial, dan struktural yang berkaitan dengan pemerintahan kaisar.

Dikutip dari artikel ilmiah berjudul Kalender Cina dalam Tinjauan Historis dan Astronomis karya Elva Imeldatur Rohmah, orang-orang telah menetap di pemukiman di Cina setidaknya sejak tahun 3500 SM.

Meskipun terdapat narasi-narasi tradisional yang menguraikan asal-usul tersebut, catatan tertulis paling awal ditemukan pada periode Dinasti Shang sekitar tahun 1600 SM. Cina adalah wilayah yang memiliki luas dan keragaman yang signifikan.

Kalender China diatur berdasarkan fase bulan dan posisi matahari, sehingga Tahun Baru Imlek dimulai pada bulan baru yang jatuh antara akhir Januari dan akhir Februari, dan berlangsung selama sekitar 15 hari hingga purnama muncul. Awalnya, Tahun Baru Imlek dirayakan dengan upacara pengorbanan untuk menghormati dewa dan leluhur pada akhir setiap tahun.

Kebiasaan ini berlanjut dari masa Dinasti Zhou, di mana korban dipersembahkan kepada leluhur dan dewa, serta rasa syukur kepada alam untuk hasil panen yang akan datang.

Antara 220 dan 420 Masehi, perayaan Tahun Baru mulai berubah dari upacara agama menjadi perayaan yang lebih bersifat hiburan. Keluarga berkumpul untuk membersihkan rumah, mengadakan pesta, dan merayakan hingga pergantian tahun.

Seiring berjalannya waktu, terutama pada masa Dinasti Tang, Song, dan Qing yang ditandai dengan kemakmuran ekonomi dan budaya, tradisi Tahun Baru Imlek mengalami perkembangan seperti menyalakan petasan, mengunjungi kerabat, makan pangsit, dan menikmati pertunjukan barongsai serta lampion.

Pada masa pemerintahan Mao Zedong pada 1949, perayaan Tahun Baru Imlek tradisional dilarang dan digantikan dengan kalender Barat (Gregorian). Namun, pada akhir abad ke-20, pemerintah Tiongkok mulai menerima kembali tradisi tersebut, bahkan menetapkan libur selama seminggu untuk merayakannya.

Budaya saling menyapa selama Tahun Baru Imlek diungkapkan dengan berbagai cara. Dalam bahasa Mandarin, ucapan yang umum adalah "Xnnián ho" yang berarti "Kebaikan Tahun Baru" atau "Selamat Tahun Baru," serta "Xnnián kuàilè" yang artinya juga "Selamat Tahun Baru."

ANANDA BINTANG | BALQIS PRIMASARI

Pilihan Editor: Mengenal Tradisi Fang Teh, Cara Mendapat Angpao dari Sesepuh saat Imlek 

 

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

17 hari lalu

Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Taiwan Ma Ying-jeou (kanan) tersenyum saat memasuki kamar di Hotel Shangri-la tempat mereka akan bertemu, di Singapura 7 November 2015. REUTERS/Joseph Nair
Presiden Cina Xi Jinping: Tak Ada yang Bisa Hentikan Reuni Keluarga dengan Taiwan

Presiden Cina Xi Jinping mengatakan kepada mantan presiden Taiwan Ma Ying-jeou bahwa tidak ada yang dapat menghentikan reuni kedua sisi Selat Taiwan


Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

19 hari lalu

Ketum Muhammadiyah Haedar Nashir saat diwawancarai tempo di Pesatren Diniyah Puteri Padang Panjang. TEMPO/Fachri Hamzah
Muhammadiyah Beberkan Alasan Tetapkan Idulfitri Lebih Awal

Menurut Haedar, maklumat yang disampaikan Muhammadiyah lebih awal tak bermaksud mendahului pihak tertentu dalam penentuan Idulfitri.


Prediksi Idulfitri Serempak 10 April, Ketum PP Muhammadiyah Singgung Kalender Global

20 hari lalu

Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nashir. Tempo/Pribadi Wicaksono
Prediksi Idulfitri Serempak 10 April, Ketum PP Muhammadiyah Singgung Kalender Global

Muhammadiyah akan akan merayakan Idulfitri 1445 Hijriah pada 10 April 2024 dan diprediksi sama dengan penetapan pemerintah dan Nahdlatul Ulama.


Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

26 hari lalu

April Mop Happy Fool Day by Boldsky
Asal Usul 1 April sebagai April Mop, Budaya Ngeprank yang Bermula Sejak 1582

April Mop atau April Fool's Day pada 1 April punya kisah panjang sejak 1582.


Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Dimulai, Tetap Meriah meski Pindah Lokasi

52 hari lalu

Kemeriahan perhelatan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024. Dok.istimewa
Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta Dimulai, Tetap Meriah meski Pindah Lokasi

Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta 2024 mengedepankan edukasi budaya Tionghoa Mataram yang belum banyak dikenal masyarakat.


Menikmati Bebek Peking, Nasi Hainan, dan Ayam Char Siu di Festival Pecinan Banyuwangi

26 Februari 2024

Sejumlah booth kuliner di Festival Pecinan Banyuwangi yang digelar selama tiga hari selama akhir pekan. Acara festival dalam rangka merayakan Hari Raya Imlek itu berakhir pada Ahad kemarin, 25 Februari 2024. (Diskominfo Banyuwangi)
Menikmati Bebek Peking, Nasi Hainan, dan Ayam Char Siu di Festival Pecinan Banyuwangi

Selain bebek peking, di sepanjang puluhan deretan stan tersebut juga tersedia berbagai kuliner khas Tionghoa lainnya di Festival Pecinan Banyuwangi.


Detik-detik Tradisi Cap Go Meh 2024 yang Dirayakan Hari Ini

24 Februari 2024

Ilustrasi perayaan Cap Go Meh. Shutterstock
Detik-detik Tradisi Cap Go Meh 2024 yang Dirayakan Hari Ini

Di Indonesia Cap Go Meh salah satu festival terbesar yang digelar di beberapa daerah. Masing-masing memiliki cara khas dalam memeriahkan Cap Go Meh.


Asal Usul Tradisi Menyantap Ronde saat Cap Go Meh, Terinspirasi Koki Istana Zaman Dinasti Han

23 Februari 2024

Wedang Ronde Spesial Campur di Kedai Wedang Warna-Warni, Jalan Gardujati No. 52, Bandung. TEMPO/Gilang Mustika Ramdani
Asal Usul Tradisi Menyantap Ronde saat Cap Go Meh, Terinspirasi Koki Istana Zaman Dinasti Han

Di zaman Dinasti Han, seorang koki istana diberi libur untuk bertemu keluarganya saat Cap Go Meh setelah menyajikan ronde kepada kaisar


4 Larangan Saat Perayaan Cap Go Meh, Termasuk Potong Rambut dan Cuci Pakaian

20 Februari 2024

Seorang pria berjalan dengan menutupi telinganya saat melintasi kabut asap saat para pemilik toko menyalakan petasan dan kembang api di depan tokonya, di Harbin, Provinsi Heilongjiang, Cina, 23 Februari 2018. Setelah liburan Festival Musim Semi, para pemilik toko di Cina akan berdoa dengan menyalakan petasan dan kembang api untuk kelancaran bisnis mereka.  REUTERS/Stringer
4 Larangan Saat Perayaan Cap Go Meh, Termasuk Potong Rambut dan Cuci Pakaian

Ada sejumlah larangan saat Cap Go Meh. Sebaiknya tidak dilakukan.


Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah Rp 15.623 per Dolar AS, Bagaimana dengan Esok?

19 Februari 2024

Ilustrasi penukaran mata uang asing dan nilai Rupiah.  Tempo/Tony Hartawan
Rupiah Hari Ini Ditutup Melemah Rp 15.623 per Dolar AS, Bagaimana dengan Esok?

Pelemahan nilai rupiah di perdagangan sore ini disebabkan oleh dua faktor, yakni internal dan eksternal.