Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

26 Maret Diperingati Hari Epilepsi Sedunia, Kenali Penyebab dan Gejalanya

Editor

Nurhadi

image-gnews
Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk
Ilustrasi epilepsi. firstaidlearningforyoungpeople.redcross.org.uk
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Hari Epilepsi Sedunia diperingati setiap 26 Maret. Peringatan tersebut biasanya disebut sebagai Hari Ungu atau Purple Day. Hari Ungu bertujuan mendukung dan meningkatkan kesadaran terhadap penyakit epilepsi. 

Epilepsi Foundation mendefinisikan epilepsi sebagai gangguan sistem saraf pusat akibat pola aktivitas otak yang tidak normal. Gangguan ini menyebabkan orang dengan epilepsi kejang mendadak, mengalami sensasi dan perilaku yang tidak biasa, bahkan hingga kehilangan kesadaran. Kejang yang disebabkan epilepsi dapat mempengaruhi keselamatan penderitanya, mengganggu hubungan pekerjaan, kecelakaan saat mengemudi, dan banyak hal lagi.

Dilansir dari Mayoclinic.org, seseorang dikatakan mengalami epilepsi jika mengalami minimal dua kali kejang tanpa alasan selama 24 jam. Seseorang yang mengalami kejang tunggal tidak berarti menderita epilepsi. Kondisi ini dapat ditangani dengan mengonsumsi obat, operasi, atau perawatan seumur hidup.

Epilepsi atau orang awam mengenalnya sebagai ayan berdasarkan jenis kejang. Kategori kejang didasarkan pada pengaruh dari otak, tingkat kesadaran, dan gerakan otot. Berikut adalah gejala dan penyebab epilepsi. 

Penyebab Epilepsi

Dikutip dari My.clevelandclinic.org, hampir 70 persen kasus epilepsi tidak diketahui penyebabnya. Namun, ada beberapa penyebab yang berhasil diidentifikasi, di antaranya:

1. Faktor genetik

Beberapa jenis epilepsi, seperti epilepsi mioklonik juvenil dan epilepsi absensi pada masa kanak-kanak, lebih cenderung muncul dari keturunan atau faktor genetik. Para peneliti percaya bahwa meskipun ada bukti bahwa gen-gen tertentu terlibat, gen-gen tersebut hanya meningkatkan risiko epilepsi, dan faktor-faktor lain mungkin terlibat. Ada beberapa jenis epilepsi yang disebabkan oleh kelainan yang memengaruhi cara sel-sel otak dapat berkomunikasi satu sama lain dan dapat menyebabkan sinyal otak yang tidak normal dan kejang.

2. Sklerosis Temporal

Sklerosis temporal bisa menjadi penyebab kejang epilepsi. Sklerosis merupakan bekas luka yang terbentuk di bagian dalam lobus temporal manusia yang dapat menyebabkan kejang fokal. 

3. Cedera kepala

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Cedera kepala yang berat juga bisa menjadi penyebab kejang-kejang. Biasanya, ini terjadi setelah seseorang mengalami benturan keras terhadap kepala seperti kecelakaan atau jatuh dari tempat yang tinggi.

4. Infeksi otak dan gangguan imun

Infeksi otak seperti abses otak, meningitis, encephalitis, dan neurocysticercosis juga menjadi penyebab epilepsi. Selain itu, hal tersebut bisa diperparah jika seseorang memiliki gangguan imun yang menyebabkannya malah menyerang sel-sel yang ada di otak. 

5. Gangguan pertumbuhan

Kelainan sejak lahir yang mempengaruhi otak adalah penyebab epilepsi yang sering terjadi, terutama pada orang yang kejangnya tidak terkontrol dengan obat anti-kejang. Beberapa kelainan lahir yang diketahui menyebabkan epilepsi, termasuk displasia kortikal fokal, poli mikrogiria, dan sklerosis tuberous.

Gejala Epilepsi

Gejala utama epilepsi adalah kejang yang berulang. Namun, gejala bervariasi tergantung pada jenis kejang yang dialami. Tanda dan gejala kejang meliputi kehilangan kesadaran atau kesadaran sementara, gerakan otot yang tidak terkontrol, kejang otot, kehilangan tonus otot, pemikiran yang melambat, hingga masalah berbicara.

Selain itu, perubahan pendengaran, penglihatan, rasa, penciuman, sensasi mati rasa atau kesemutan. gerakan mengulum bibir, gerakan mengunyah, munculnya rasa takut, ngeri, kegelisahan, atau déjà vu, dan detak jantung yang lebih cepat. Kebanyakan orang dengan epilepsi cenderung memiliki jenis kejang yang sama, sehingga memiliki gejala serupa dengan setiap kejang.

DELFI ANA HARAHAP | RACHEL FARAHDIBA REGAR

Pilihan Editor: Lebih Banyak Menyerang Wanita, Simak Penjelasan Pakar soal Migrain

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

1 hari lalu

Ilustrasi anak demam. webmd.com
Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.


Memahami Produksi Adrenalin dan Tugasnya bagi Tubuh

2 hari lalu

Ilustrasi hormon adrenalin. shutterstock.com
Memahami Produksi Adrenalin dan Tugasnya bagi Tubuh

Adrenalin juga dikenal sebagai efinefrin, hormon yang biasanya diproduksi saat tubuh menghadapi situasi yang menegangkan atau bikin stres.


Inilah 8 Penyebab Pikun Datang Lebih Cepat

2 hari lalu

Ilustrasi orang lupa
Inilah 8 Penyebab Pikun Datang Lebih Cepat

Pikun diartikan sebagai penurunan fungsi bagian luar jaringan otak atau cortex yang menyebabkan penurunan intelektual.


Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

2 hari lalu

Ilustrasi orang lupa
Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.


Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

8 hari lalu

Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?


68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

9 hari lalu

Pasien penyakit Minamata kongenital Shinobu Sakamoto, bersama  ibunya Fujie duduk di sebuah mobil saat mereka menuju sebuah rumah sakit di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 14 September 2017.Sakamoto adalah salah satu korban dari bencana industri tahun 1950 dimana puluhan ribu orang terkena racun air limbah dari pabrik kimia di teluk Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon
68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?


Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

9 hari lalu

Ilustrasi Lyme Disease. Webmd.com
Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

Bisakah penyakit Lyme akibat gigitan serangga disembuhkan? Tentu saja asal tak terlambat diobati karena komplikasinya beragam.


10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

15 hari lalu

Ilustrasi otak. medicalnews.com
10 Kebiasaan yang Bisa Menurunkan Fungsi Otak

Semua kebiasaan ini bukan menjadi hal menakutkan karena bisa diubah dengan pola hidup sehat.


Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

16 hari lalu

Ilustrasi orang lupa
Sering Lupa? Lakukan 5 Tips Berikut untuk Meningkatkan Daya Ingat

Dengan menerapkan tips-tips ini dalam kehidupan sehari-hari, Anda dapat meningkatkan daya ingat Anda dan mengurangi kecenderungan untuk lupa.


Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

16 hari lalu

Ilustrasi orang lupa
Tidak Selalu Buruk, Berikut 5 Manfaat Lupa untuk Kerja Memori Otak

Lupa ternyata memiliki manfaat penting untuk kesehatan otak dan kreativitas Anda.