TEMPO.CO, Jakarta - Serial drama Korea Selatan atau yang populer disebut sebagai drakor, telah menjadi fenomena besar di Indonesia, menjangkau berbagai lapisan masyarakat dengan daya tariknya yang unik.
Dengan melibatkan berbagai genre mulai dari romantis, komedi, hingga thriller, drakor tidak hanya sekadar menyajikan hiburan, tetapi juga mampu menghadirkan pengalaman emosional yang mendalam bagi para penontonnya.
Salah satu daya tarik utama drakor adalah kemampuannya untuk membangkitkan beragam emosi dalam diri penontonnya. Istilah "baper", singkatan dari "bawa perasaan", seringkali mewarnai reaksi penonton yang terhanyut dalam alur cerita yang disajikan. Mulai dari momen-momen lucu yang mengundang tawa hingga adegan-adegan menyentuh yang memilukan, drakor memiliki kekuatan untuk membuat penonton terhubung secara emosional dengan karakter-karakternya.
Tidak hanya itu, keberagaman tema dan cerita dalam drakor juga menjadi magnet bagi penonton. Dari kisah-kisah romantis yang manis hingga konflik-konflik keluarga yang kompleks, drakor menyajikan berbagai sudut pandang kehidupan yang dapat menginspirasi dan menghibur pada saat yang bersamaan.
Fenomena drakor juga turut memperkenalkan budaya Korea Selatan kepada masyarakat Indonesia. Melalui setting-setting yang menarik dan tradisi-tradisi yang dihadirkan dalam ceritanya, penonton Indonesia dapat merasakan keunikan dan keindahan budaya Korea Selatan tanpa harus berpergian jauh.
Dengan segala daya tariknya, tidak mengherankan jika drakor terus mendominasi pangsa pasar hiburan di Indonesia. Dari kalangan remaja hingga dewasa, drakor telah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari banyak orang, menghasilkan gelombang kecintaan dan kecanduan yang sulit untuk dilawan.
Namun, ketika menonton drama korea penonton seringkali merespons drama dengan emosi yang mendalam, bahkan sampai menangis, dan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor kompleks. Menurut psikolog Kasandra Putranto, reaksi emosional ini dapat dipicu oleh sejumlah elemen, termasuk faktor-faktor seperti kecerdasan intelektual, kemampuan sosial, dan kematangan emosional. Individu yang lebih emosional cenderung lebih mudah terharu oleh pengalaman dramatis.
Teori kecerdasan emosional juga menyediakan kerangka kerja yang berguna untuk memahami fenomena ini. Menurut teori ini, penonton dapat merasakan empati terhadap karakter dalam drama, sehingga mereka secara emosional terlibat dengan cerita yang ditampilkan. Dengan adanya alur cerita yang kuat, penonton dapat mengalami secara tidak langsung situasi penderitaan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam drama, yang kemudian memicu respons emosional.
Selain itu, menangis juga dapat berfungsi sebagai bentuk pelepasan emosional. Saat menangis, seseorang dapat mengeluarkan emosi negatif yang telah terkumpul dalam dirinya, sehingga merasa lebih lega dan lebih baik secara emosional. Menonton film atau drama yang memancing emosi bisa menjadi salah satu cara untuk mencapai efek pelepasan emosional ini.
Menurut Cold Take Geeks, disebutkan bahwa kekuatan narasi juga memainkan peran penting dalam menghasilkan respons emosional dari penonton. Sebuah film atau drama dengan alur cerita yang kuat dapat membuat penonton merasa terhubung dengan karakter dan cerita tersebut. Mereka bisa mengenali perjuangan yang dialami oleh tokoh-tokoh dalam cerita dan merasakan emosi yang sama dengan yang mereka alami. Ketika sebuah cerita mampu merefleksikan kehidupan nyata atau pengalaman yang mungkin dialami oleh penonton, hal ini dapat memperkuat respons emosional mereka terhadap drama tersebut.
Dengan demikian, ada banyak faktor yang dapat menyebabkan penonton menjadi terharu bahkan menangis saat menonton sebuah drama. Mulai dari kecerdasan emosional individu, kemampuan untuk merasakan empati, hingga kekuatan narasi dan kemampuan cerita untuk menciptakan koneksi emosional dengan penonton.
Semua ini berkontribusi pada pengalaman yang mendalam dan menggugah emosi ketika menonton drama. Termasuk drama Korea tentu saja.
EIBEN HEIZIER | ANDIKA DWI | ESTERCAMPOSAUTHOR
Pilihan editor: 5 Drama Korea yang Dibintangi Roh Jeong Eui, Teranyar Hierarchy