TEMPO.CO, Jakarta - Hari Batik Nasional diperingati setiap 2 Oktober sebagai bentuk upaya untuk melestarikan budaya batik di Indonesia. Batik merupakan seni tradisional khas Indonesia yang dibuat dengan teknik pewarnaan kain menggunakan malam (lilin) untuk menghasilkan pola yang indah.
Pada Hari Batik Nasional, masyarakat Indonesia umumnya memperingatinya dengan mengenakan pakaian bermotif batik. Motif yang digunakan tentu sangat beragam.
Jika dihitung, motif batik yang tersebar dari Sabang hingga Merauke dapat mencapai ribuan, dengan batik Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan sebagai beberapa motif yang paling terkenal. Berikut ini adalah perbedaan antara batik dari ketiga daerah tersebut.
Batik Yogyakarta
Dilansir dari batik-tulis.com, batik Yogyakarta merupakan bagian penting dari budaya Jawa. Setiap motif batik tulis yang ada di Yogyakarta memiliki bentuk dan makna tersendiri, mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat setempat. Batik Yogyakarta juga memiliki variasi khas.
Batik tradisional yang berasal dari lingkungan keraton Yogyakarta memiliki ciri khas dengan warna dasar putih yang mencolok dan bersih. Pola geometris dari keraton Yogyakarta sangat khas, dengan ukuran besar, dan beberapa dihiasi dengan motif parang dan nitik.
Secara umum, warna khas batik Yogyakarta cenderung berhubungan dengan warna-warna tanah. Pemilihan warna ini dipengaruhi oleh kondisi geografis Yogyakarta dan budaya masyarakatnya yang sudah lama terkait erat dengan pertanian di tanah yang subur. Beberapa motif batik Yogyakarta meliputi kawung, parang, lereng, truntum, semen, garuda, dan isen.
Batik Solo
Dilansir dari surakarta.go.id, batik Solo umumnya didominasi oleh warna hitam atau cokelat. Batik ini biasanya dibuat menggunakan metode tradisional, yaitu dengan cara ditulis manual, yang dikenal sebagai batik tulis. Namun, saat ini banyak juga yang diproduksi menggunakan teknik cap. Berikut adalah beberapa jenis motif batik khas Solo dan maknanya:
Batik Surakarta terbagi menjadi dua kelompok, yaitu motif batik dari Keraton Kasunanan dan Pura Mangkunegaran. Motif batik terkenal dari Keraton Kasunanan meliputi parang barong, parang curiga, parang sarpa, ceplok burba, ceplok lung kestlop, candi luhur, srikaton, dan bondhet.
Sementara itu, motif batik dari Pura Mangkunegaran mencakup buketan pakis, sapanti nata, ole-ole, wahyu tumurun, parang kesit barong, parang sondher, parang klithik glebag, seruni, dan liris cemeng.
Batik Pekalongan
Dilansir dari krajanbatik.com, motif batik Pekalongan memiliki kesamaan dengan batik dari Yogyakarta dan Solo. Batik dari Yogyakarta umumnya menggunakan warna gelap dengan latar belakang putih, serta motif yang masih mempertahankan unsur budaya seperti parang dan kawung.
Di sisi lain, batik Pekalongan lebih cenderung menggunakan warna-warna cerah dan tidak terikat pada satu tema tertentu. Oleh karena itu, batik Pekalongan sering menampilkan motif yang beragam, termasuk tumbuhan dan hewan. Beberapa motifnya juga terpengaruh oleh budaya asing.
Meskipun setiap desain batik Pekalongan memiliki variasi motif, elemen bunga selalu menjadi bagian dari setiap karyanya. Baik dalam jumlah sedikit atau banyak, motif bunga selalu muncul di kain tersebut.
Selain motif bunga, batik Pekalongan juga banyak menggunakan elemen titik dan garis, yang memberi tampilan lebih padat, ramai, dan hidup pada desain kain batiknya.
Pilihan Editor: 35 Link Twibbon Hari Batik Nasional, Begini Cara Mengunggahnya