TEMPO Interaktif, Jakarta - Melejit berkat teknologi informasi seperti You Tube menjadi jalan pintas yang kini lirik banyak orang. Dari teknologi ini melahirkan sederet nama seperti Jojo dan Sinta si Keong Racun, Bona Paputungan "Andaiku Gayus Tambunan", Sualudin "Udin Sedunia"dan yang belakangan ini meroket popularitasnya dalah Brigadir Satu Norman Kamaru Si Polisi Gorontalo Menggila.
“Pada dasarnya setiap orang memiliki potensi dan peluang untuk menjadi narsis atau sebagai suatu perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Kemampuan seseorang untuk narsis dan pamer dalam mengekspresikan diri tanpa bermaksud apapun selain kepuasan batin, di masa kini justru menjadi celah untuk meniti sukses,” kata psikolog Retno Pudjiati.
Retno melihat fenomena yang belakangan marak seperti tren yang akan diikuti oleh banyak orang. “Tetapi dalam hal ini tentu saja ada faktor yang namanya keberuntungan. Kalau pas dirinya lucky dan momennya tepat bisa langsung meroket dan melejit. Namun banyak juga yang memang diniatkan misalnya tampil narsis, berlebihan dengan persiapan being a star belum tentu sukses, bisa jadi justru gagal,” ungkapnya panjang lebar.
Diturkan Retno, bentuk ekspresi diri seseorang itu berbeda-beda ada yang sangat-sangat narsis, percaya diri berlebihan, apa adanya atau sembunyi-sembunyi. “Secara kondratnya manusia itu makhluk sosial. Dalam kondisi apapun ekspresi merupakan bagian sosialisasinya entah untuk diri sendiri atau orang lain.”
Pada popularitas yang kini diraih Brigtu Norman Si Polisi Gorontalo Menggila dan beberapa contoh lain menandakan ekspresi menjadi bagian penting. “Di era dulu banyak orang yang sebenarnya bisa melakukan sesuatu dengan ekspresi diri, tapi tidak yakin dan beberapa ada yang menganggap berekspresi berlebihan sebagai hal yang tabu. Namun dengan adanya masalah ini semua orang punya harapan dan berlomba-lomba untuk melakukan hal yang sama” ujarnya. HADRIANI P