Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Jaga Tenggorokan dari Kanker  

krka.si
krka.si
Iklan

TEMPO Interaktif, Makassar - Seseorang yang menderita penyakit kronis terkadang tidak menyadari gejala awalnya. Seperti yang diceritakan oleh Dokter Spesialis Bedah Umum, Kwat Kyat Leong, dalam seminar kesehatan di Hotel Makassar Golden, beberapa waktu lalu. Dokter dari Rumah Sakit Tropicana, Malaysia, ini menceritakan, suatu ketika, ia didatangi seorang pasien dengan keluhan sakit tenggorokan.

"Dokter, tenggorokan saya sakit. Saya pikir akan pilek, tapi lama-lama saya tidak batuk apalagi mengeluarkan dahak," kata Kwan menirukan keluhan pasien itu. Tidak hanya merasa sakit, saat berbicara pun, kata Kwan, pasien tersebut kesulitan. Suaranya sangat serak. Sakit yang dialami pasien itu meliputi daerah telinga, hidung, dan tenggorokan.

Selama dua bulan keluhan itu tak pernah berhenti. Pasien Dokter Kwan makin tak tahan ketika ia kesulitan menelan makanan. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis bahwa pasien tersebut mengidap kanker tenggorokan atau karsinoma nasofaring. Dalam tenggorokan bagian atas, ditemukan tumor atau gumpalan sel-sel kanker.

"Gejala awal kanker ini sangat tak diduga dan sulit didiagnosis," ujar Kwan. Ia melanjutkan, awalnya kebanyakan penderita merasa bahwa mereka akan mengalami pilek biasa. Apalagi gejala-gejala itu terjadi di sekitar tenggorokan, telinga, dan hidung, seperti yang dialami pasien tersebut.

Gejala awal yang paling parah, kata Kwan, tak hanya menyerang tenggorokan, tapi juga hidung dan telinga. Misalnya, hidung terasa buntu, pendengaran terasa kurang tajam, telinga berdengung, dan nyeri pada hidung dan telinga. Kanker tenggorokan, kata Kwan, masih jarang terdengar di masyarakat. Padahal, di Indonesia, penderitanya cukup tinggi. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, sekitar 600-700 warga Indonesia menderita kanker ini setiap tahun. Jumlah ini diambil dari 4,7 persen total penderita kanker tenggorokan di Asia Tenggara.

Kwan menjelaskan, dalam tenggorokan bagian atas, terdapat saluran berbentuk tabung yang disebut faring. Ini adalah bagian yang menghubungkan antara rongga mulut, telinga, bagian belakang hidung, dan tenggorokan. Kanker ini disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel skuamosa dalam tenggorokan sehingga menjadi tumor. Hal ini bisa berpengaruh pada pita suara, hidung, dan telinga.

Pertumbuhan sel ini bisa dipicu oleh banyak hal. Kwan mengatakan dalam banyak kasus, penyebab utamanya adalah kebiasaan merokok pasif dan aktif. Zat nikotin pada rokok dapat merusak dan memicu pertumbuhan sel-sel kanker.

Begitu pula dengan asap rokok yang dihirup. Dari kebiasaan ini, bagian yang paling pertama terkena dampaknya adalah hidung dan tenggorokan.

Selain itu, jenis makanan yang dikonsumsi juga berpengaruh. Seperti makanan yang mengandung bahan pengawet dan pewarna buatan. Makanan tertentu, seperti ikan asin, juga berbahaya karena dalam proses pengeringan, ikan dapat mengeluarkan nitrosamine yang termasuk zat pemicu kanker.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika Anda mendapati gejala-gejala serupa, sebaiknya cari tahu kondisi kesehatan. "Ada kemungkinan bukan kanker. Sebaiknya diperiksa ke dokter," kata Kwan. Sebab, dengan melakukan pemeriksaan gejala awal, peluang untuk sembuh masih besar. Harapan sembuh pada penderita kanker stadium pertama adalah 80 persen dan stadium kedua harapannya 60 persen.

Pada stadium tinggi, biasanya terjadi penurunan berat badan secara drastis, ditemukan darah keluar dari telinga, hidung, atau tenggorokan. Pada stadium tiga, seperti ini, harapan sembuhnya hanya 40 persen, sedangkan pada stadium empat harapan sembuhnya hanya 10 persen. Penyembuhan kanker pada stadium awal bisa dengan cara operasi atau terapi radiasi. Sementara itu, untuk stadium ketiga dan keempat dilakukan dengan kemoterapi.

| SUKMAWATI

Hati-hati dengan Aktivitas Seksual Anda

Aktivitas seksual juga bisa memicu kanker. Bukan hanya menyebabkan kanker serviks, tapi juga kanker tenggorokan. Dokter Spesialis Bedah Umum, Kwat Kyat Leong, mengatakan aktivitas oral seks bisa memicu kanker tenggorokan.
Alasannya, virus human papilloma, yang juga menyebabkan kanker serviks, bisa menyebar dari alat kelamin ke mulut hingga tenggorokan melalui oral seks. Oleh karena itu, ia menyarankan aktivitas seks dilakukan dengan menggunakan kondom.

Atau jika tidak, baik pria maupun wanita, menjaga diri dengan vaksin virus human papilloma. Hal ini dibenarkan oleh Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Boy Abidin. Menurut Boy, vaksin human papilloma dapat mencegah 90 persen penyebaran virus mematikan ini.

| SUKMAWATI

Waspada 10 Tanda Awal Kanker.

1. Adanya benjolan yang tidak hilang, bahkan membesar.
2. Buang air besar tidak teratur.
3. Terjadi perdarahan, seperti di saluran kelamin, hidung, atau telinga.
4. Rasa nyeri yang sangat parah, seperti di perut.
5. Kesulitan menelan makanan.
6. Batuk yang sangat parah dan berlangsung lama.
7. Terjadi perubahan pada tahi lalat, seperti membesar atau berdarah.
8. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
9. Suara serak.
10. Berat badan menurun drastis sekitar 10 persen.

| SUKMAWATI

Iklan




Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.




Video Pilihan


Identifikasi Risiko Penyakit Jantung Hingga Kanker dengan Tes Genetik

12 jam lalu

Ilustrasi kanker (pixabay.com)
Identifikasi Risiko Penyakit Jantung Hingga Kanker dengan Tes Genetik

Dalam upaya pencegahan, mengidentifikasi berbagai penyakit tidak menular seperti diabetes hingga kanker bisa dilakukan dengan tes genetik.


Inilah Risiko Kesehatan yang Mengintai jika Terlalu Sering Makan Pizza

3 hari lalu

Ilustrasi pizza. Sumber: Unsplash/asiaone.com
Inilah Risiko Kesehatan yang Mengintai jika Terlalu Sering Makan Pizza

Pizza sebagai junk food memiliki beberapa risiko kesehatan. Apa saja risiko kesehatan tersebut?


Kenali Cara Penanganan Displasia Serviks

4 hari lalu

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Kenali Cara Penanganan Displasia Serviks

Penanganan displasia serviks tergantung pada berbagai faktor, termasuk tingkat keparahan, usia, kesehatan, dan preferensi perawatan.


Kenali Gejala dan Penyebab Displasia Serviks

5 hari lalu

Ilustrasi kanker serviks. shutterstock.com
Kenali Gejala dan Penyebab Displasia Serviks

Displasia serviks adalah kondisi prakanker yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di permukaan serviks.


Faktor Risiko Kanker Payudara yang Bisa Diubah dan Tidak Bisa Diubah

5 hari lalu

Ilustrasi kanker payudara (pixabay.com)
Faktor Risiko Kanker Payudara yang Bisa Diubah dan Tidak Bisa Diubah

Ada dua jenis faktor risiko kanker payudara, yaitu faktor risiko yang dapat diubah dan tidak dapat diubah. Berikut penjelasannya.


Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Cegah Pasien Datang dengan Stadium Lanjut

6 hari lalu

Kegiatan YKPI di SMA Taruna Nusantara Magelang
Sosialisasi Skrining dan Deteksi Dini Kanker Payudara, Cegah Pasien Datang dengan Stadium Lanjut

Data GLOBOCAN 2020 menunjukkan di Indonesia kasus baru kanker payudara mendekati 66 ribu. Berikut cara yang diharapkan bisa menekan angka kasus baru.


Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

6 hari lalu

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com
Inilah Gejala Umum Kanker Payudara yang Perlu Diketahui

Kanker payudara adalah jenis kanker yang terjadi ketika sel-sel di dalam payudara mengalami pertumbuhan yang tidak terkendali.


IAEA Akan Bantu Perluasan Layanan Kedokteran Nuklir untuk Pasien Kanker di Indonesia

9 hari lalu

Kedokteran nuklir menggabungkan diagnostik dan terapi (teranostik) untuk penyembuhan aneka penyakit kanker. (Foto Dok.Humas RSHS)
IAEA Akan Bantu Perluasan Layanan Kedokteran Nuklir untuk Pasien Kanker di Indonesia

Saat ini layanan radioterapi baru tersedia di 17 provinsi, sedangkan pelayanan kedokteran nuklir hanya ada di 10 provinsi di Indonesia.


Kebiasaan yang Bisa Memicu Kanker Mulut

13 hari lalu

Sariawan di lidah bisa sembuh sendiri, tapi jika terlalu lama bisa jadi ada infeksi serius hingga sinyal kanker mulut. (Canva)
Kebiasaan yang Bisa Memicu Kanker Mulut

Skrining kanker mulut membantu mendeteksi penyakit pada tahap awal Berikut yang berisiko terkena kanker mulut.


Kenali Masalah Buang Air Kecil yang Bisa Jadi Gejala Kanker Prostat

14 hari lalu

Ilustrasi kanker prostat. Parentsafrica.com
Kenali Masalah Buang Air Kecil yang Bisa Jadi Gejala Kanker Prostat

Gejala awal kanker prostat bisa dilihat pula dari pola buang air kecil. Bagaimana mendeteksinya?