TEMPO.CO, Jakarta - Penuaan tak hanya terjadi pada kulit, tapi terkadang pada sistem kekebalan tubuh. Kemampuan tubuh menangkal serangan berbagai bakteri maupun penyakit bisa menua. Proses ini disebut immunosenescence, yaitu kondisi dimana sistem daya tahan tubuh lupa atau hilang ingatan terhadap cara menangkal serangan penyakit.
Kekebalan tubuh yang menurun bisa menyebabkan orang mudah terserang berbagai virus. Sistem kekebalan tubuh seseorang bisa saja menurun lebih cepat dari semestinya. Sebagai contoh, orang berusia 50 tahun bisa punya sistem kekebalan yang sama dengan usia 80 tahun.
Namun, sejumlah penelitian menunjukkan cara membalik jarum jam sistem penurunan kekebalan tubuh itu. Berikut penelitian itu seperti ditulis Dailymail.
Setelah Usia 40
Sistem kekebalan tubuh melindungi diri dari virus, bakteri, dan parasit yang terdiri atas berbagai jenis sel yang memiliki tugas khusus, layaknya prajurit pertahanan. Namun, sistem kekebalan yang menua membuatnya semakin tak mampu menangkal penyusup. Kekebalan ini hanya bertahan dari penyakit yang sudah menyerang.
Ahli ilmu kekebalan tubuh di Imperial College, London, Dr Donald Palmer mengatakan, “Ini menjadi tekanan ganda. Setelah usia mencapai 65 tahun, Anda tidak mempunyai berbagai jenis sel yang dibutuhkan untuk melawan infeksi baru dan sel yang Anda punya telah aus.”
Kelompok sel kekebalan naive T-Cells berkeliling tubuh dan memberi peringatan ketika mereka menemukan infeksi. Namun saat menua, sel yang terbentuk semakin sedikit karena thymus, kelenjar kecil di belakang tulang dada dimana mereka berkembang, menyusut. Itu menjadikan sistem kekebalan menjadi lebih tak efisien, terutama menghadapi jenis virus baru.
Pada saat bersamaan, sistem kekebalan hanya mampu bertahan dari bakteri dan virus yang pernah menyerang.
Professor Arne Akbar, ahli ilmu kekebalan tubuh di University College, London, mengatakan memori sel—yang biasa dikenal sebagai memory T-cells—merupakan "ayah" pasukan sistem kekebalan tubuh. "Sel itu bisa melindungimu, tapi tidak seperti pasukan yang lebih muda.”
Sel kekebalan lainnya bisa lebih tak efektif. Sebagai contohnya, neutrophils, yang datang secara terus-menerus ke lokasi luka dan memerangi penyusup, lelah menyesuaikan usia.
Percobaan oleh Profesor Janet Lord dari Universitas Birmingham menunjukkan efektivitas neutrophils milik orang yang lebih tua dalam membunuh bakteri setengah kali dibandingkan dengan milik orang muda.
Sebagai konsekuensi dari sistem kekebalan yang menurun, vaksinasi yang dimaksudkan untuk membantu sistem kekebalan tubuh ternyata tak lagi efektif. Penelitian ilmuwan Austria menemukan bahwa efektivitas anti-tetanus, sebagai contoh, menurun sejak usia 40. Dalam usia 60 tahun, 16 persen dari mereka yang divaksinasi, tak lagi terlindungi.
Pada usia 60 tahun, 16 persen dari yang divaksinasi, dalam kurun lima tahun tak lagi terlindungi. Vaksin flu hanya efektif 30-40 persen sampai usia 65 tahun atau lebih.
Bersin Terus, Tanda Buruk
Penurunan sistem kekebalan tubuh berbeda untuk tiap orang. Professor Akbar mengatakan kepada Dailymail, "Sejumlah orang tua punya sistem kekebalan anak muda. Sebaliknya, anak muda terkadang punya sistem kekebalan tua."
Faktor genetika barangkali berperan, sebagaimana beberapa jenis infeksi yang telah menyerang Anda. Jika Anda seorang individu sakit-sakitan yang selalu berjuang dengan flu, barang kali sistem kekebalan tubuh Anda lebih tua dari usia Anda.
Khususnya pada kondisi tertentu, seseorang telah terinfeksi cytomegalovirus (CMV), jenis keluarga virus herpes yang dapat ditularkan melalui ciuman dan hubungan intim.
Lebih dari setengah orang dewasa memilikinya. Profesor Akbar mengatakan, “Anda tak mengetahui anda memilikinya, tapi sistem kekebalan tubuh Anda bekerja tiap saat memeranginya.”
Sekali Anda terinfeksi, virus ini tetap berada dalam tubuhmu sampai mati.
Ilmuwan percaya CMV mengurangi umur sistem kekebalan karena secara konstan menguras energi sel kekebalan.
Ada kondisi lain yang mengurangi sistem kekebalan hingga tak berkutik atau terkena dampak penuaan. Penelitian lain telah menunjukkan bahwa stres kronik berdampak pada sistem kekebalan, bahkan menjadikan kekebalan menurun lebih cepat. Setiap bagian sel mengandung kromosom. Kemudian pada akhir kromoson terdapat pelindung yang dinamakan telomeres. Setiap kali bertarung, sel menjadi lebih pendek. Pada batasan tertentu, sel akan mati.
Ilmuwan University of California, San Francisco, telah menunjukkan bahwa wanita yang peduli pada anak dan orang tua yang sakit, orang dengan post-traumatic stress disorder, dan anak yang terserang memiliki sel telomeres lebih pendek. Ini mempercepat penuaan sistem kekebalan.
Menghidupkan Lagi Sel Pembunuh
Tak ada pil magis. Namun, para ilmuwan punya saran, seperti olahraga yang cukup, yang membantu kemampuan tubuh memerangi infeksi bakteri. Penelitian terhadap orang dewasa berusia antara 20-70 tahun menemukan olahraga cukup menjadikan 29 persen penurunan infeksi saluran pernapasan.
Mengumpulkan level energi positif membantu memperkuat respon kekebalan. Jadi mereka yang kurus atau diet dapat mengurangi risiko terinfeksi. Ahli penurunan sistem kekebalan Profesor Richard Aspinal dari Cranfield University, Bedfordshire, mengatakan, "Agar berfungsi semestinya, sistem kekebalan butuh energi banyak.”
"Untuk respon kekebalan yang baik penting untuk didukung energi yang cukup dari diet anda, asupan vitamin, dan berbagai elemen seperti selenium dan zinc."
Tambahan semacam ini efektif untuk sel kekebalan, khususnya sel pembunuh. Makanan seperti daging, sarden, yoghurt probiotik, minyak ikan, mangga bisa membantu pengembalian sel kekebalan tadi.
Jangan Banyak Tidur Atau Terlalu Sedikit
Profesor Lord memimpin penelitian terhadap 150 relawan berusia antara 65-92 tahun yang menggunakan piranti untuk merekam berapa lama mereka tidur malam. Hasil tes darah menunjukkan dua tipe sel kekebalan yang berfungsi lebih baik bagi mereka yang tidur antara 7-8 jam, dibandingkan dengan mereka yang tidur kurang dari enam jam atau lebih dari 8 setengah jam.
"Kami menemukan mereka yang tidur lebih cepat tampaknya lebih efektif," kata Profesor Lord, yang bekerja didanai oleh Age UK.
Profesor Lord, yang mempublikasikan hasil penelitiannya tahun depan, berencana melacak subyek sistem kekebalan setelah mereka diberi vaksin flu. Tim ini juga telah menemukan bahwa kurang tidur meningkatkan hormon stres cortisol, yang menekan sistem kekebalan tubuh.
Tak dijelaskan dampak tidur lebih dari delapan jam pada fungsi kekebalan. Penelitian juga melarang minum minuman beralkohol berlebihan.
DAILYMAIL | WANTO
Berita Terpopuler
Gita Wirjawan Gagal Jadi Musisi dan Atlet
Serangan Gerai Anyar Merek Dunia
Untaian Kelembutan Mutiara Lombok
Wawancara Musa Widyatmodjo Soal Impiannya Jadi Chanel