TEMPO.CO, Jakarta - Tas, buat Kanyaka Apsari, adalah Kate Spade. Tak ada merek lain di hatinya selain tas bikinan Amerika Serikat itu. Pegawai negeri sipil berusia 31 tahun ini bahkan rela mengurangi belanja bulanan demi mendapatkan tas itu. "Aku ada tabungan untuk beli pas surprise sale," ujar Ira, sapaan akrab Kanyaka, Kamis 18 Desember 2014.
Surprise sale biasanya jatuh pada November setiap tahun berbarengan dengan digelarnya Black Friday, hari diskon besar. Setidaknya, sekali setahun, Ira menambah satu koleksi tas Kate Spade. Selain fanatik dengan modelnya, "Ini bisa menjadi investasi," katanya. Itu pula yang membuat ibu satu anak ini tetap nekat membeli tas Kate Spade meski sedang tak sedang diskon. "Kalau varian bagus, ya tetap dibeli."
Investasi? Ya, tas yang langsung dibeli lewat online tersebut bisa dijual kembali dengan harga meroket. Dengan membeli barang bermerek, seperti yang dilakukan Ira, ada tiga kepuasan diri yang dirasakan: sebagai hadiah untuk diri sendiri, gaya, dan gengsi.
Menurut Aakar Abyasa Fidzuno, pendiri lembaga konsultasi keuangan Zeus Consulting, belanja barang bermerek itu sangat dianjurkan, asalkan sesuai dengan karakter masing-masing. "Orang yang boros itu serampangan kalau belanja," kata dia ketika ditemui di kantornya.
Lantas, bagaimana untuk mengetahui karakter diri? Aakar menyarankan untuk sering-sering melihat dan mencari inspirasi. Fashion blogger adalah salah satu sumbernya. Ketika sudah mengetahui karakter diri, tinggal menentukan jenis fashion apa yang cocok dan diinginkan. Tapi, Aakar mewanti-wanti. Sebab, di sinilah mulai timbul godaan. Misal, apakah mau membeli barang dalam jumlah banyak, murah, tapi kualitasnya dipertanyakan, atau mahal, sediki, tapi kualitas dijamin.
"Tip utama adalah pergi ke toko yang menjual barang mahal," kata Aakar. Dengan sering menyambangi gerai bermerek kesadaran akan mutu meningkat. Pada akhirnya kita akan tahu apakah harga barang yang ditawarkan sebanding dengan mutunya. (baca: 100 Tas Mahal Victoria Beckham Ludes Terjual)
Terkadang, Aakar menambahkan, ia menemukan harga kemeja yang dijual di pusat perdagangan grosir tak jauh berbeda dengan kemeja yang ada di gerai ternama ketika sedang diskon. Begitu pula sepatu yang dijual secara online dengan harga hampir menyentuh Rp 1 juta.
Belanja barang bermerek, menurut Aakar, dapat mengontrol pembeli berkarakter impulsif. Lantaran harganya yang cukup premium tak serta merta mereka terus menerus berbelanja. Apalagi produk kelas premium itu cukup awet sehingga waktu pemakaiannya lebih lama. (baca juga: Tips Mengelola Keuangan Keluarga)
Nah, ketika uang sudah mencukupi dan barang yang diincar tersedia, belanja barang bermerek dalam jumlah besar dapat memenuhi apa yang disebut shopping orgasme. "Itu adalah kepuasan belanja tertinggi," ucap Aakar. Sehingga, tak ada lagi belanja remeh-temeh yang ujungnya adalah penyesalan.
DIANING SARI
Terpopuler:
Kimmy jadi Presenter, Berkat Paham Fashion
Terungkap, Bapak dari Anak Jessica Iskandar
Rayakan Hari Ibu, Ini Cuitan Para Seleb
Intan Soekotjo, Suka Keroncong Karena Ibu
Pemuda Pancasila Akan Gugat Sutradara Film Senyap