TEMPO.CO, Jakarta - Istri Alifatqul Maulana berulang kali merasa kesal atas ulah suaminya itu. Bukan lantaran suaminya berselingkuh, melainkan setiap kali pulang dari tugas luar kota, Alif—begitu panggilannya—selalu membawa botol kecap. Anehnya, botol tersebut kadang berisi, kadang sudah kosong. Berpuluh-puluh botol kecap tak terasa sudah memenuhi lemari dapur mereka. (Baca: Cara Tepat Memasak dengan Kecap)
“Istri saya sampai mengancam akan membuang semua botol kecap yang saya koleksi karena saking banyaknya,” ujar Alif, kolektor kecap sekaligus Kepala Laboratorium Tata Boga Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta, saat ditemui di kantornya, Senin pekan lalu. Saat ini ada sekitar 200 botol kecap dari berbagai merek yang dikoleksi Alif sejak 2000.
Kecap yang ia koleksi itu bukan sembarangan. Ini adalah kecap dari berbagai daerah di Indonesia yang diproduksi dan dibuat dengan menggunakan bahan serta memiliki cita rasa lokal. Yang menarik, ada cerita unik di balik masing-masing kecap yang ia kumpulkan. Contohnya, kecap cap Juhi, yang pertama kali ia kumpulkan. Ini kecap asli Jakarta yang diproduksi khusus untuk kawasan Salemba, Jakarta Pusat. (Baca: Aki Takajo Bawa Sambal dan Kecap ke Jepang)
Biasanya Alif mencari kecap di suatu wilayah dengan mendatangi pasar tradisional atau komunitas lokal tempat kecap diproduksi. Misalnya, ketika berkunjung ke Semarang, ia menemukan kecap cap Mirama. Sedangkan saat ke Medan, Alif mendapati kecap cap Angsa. Setiap daerah, menurut Alif, memiliki kekhasan, dari rasa hingga stiker yang menunjukkan merek kecap.
Selanjutnya: Kecap Cap Tintin