TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Kesehatan Ermalena berjanji akan memanggil semua pihak untuk mencari titik terang kasus obat bius maut. Ermalena berjanji akan memanggil semua pihak untuk mencari titik terang kasus obat bius maut produksi Kalbe Farma di Rumah Sakit Siloam Tangerang.
"Kami akan undang mereka bersama agar masalahnya bisa didengar oleh semua," katanya saat dihubungi pada Ahad, 15 Maret 2015.
Pihak-pihak yang dimaksud itu adalah PT Kalbe Farma, RS Siloam, Badan Pengawas Obat dan Makanan, serta Kementerian Kesehatan. Dari semuanya, kata Ermalena, pihaknya ingin mendengar tindak lanjut apa saja yang sudah dilakukan atas kasus ini.
Ermalena menjelaskan, dari sisi Kalbe, titik perhatian mereka adalah pada cara pembuatan obat yang baik, meliputi prosedur, personalia, dan mutu. Apa memang benar ada kesalahan dalam proses itu? Sedangkan dari sisi Siloam, Ermalena mengatakan, akan lebih berfokus mengetahui pelayanan kesehatan dan tindakan anestesi yang dilakukan kepada pasien.
Ermalena mengatakan pihaknya bukan ingin mencari kambing hitam. "Kami tidak ingin kejadian ini terulang kembali," katanya.
Dua pasien Rumah Sakit Siloam Tangerang meninggal pada Jumat, 13 Februari 2015, setelah diberi obat bius produksi Kalbe Farma. Keduanya meninggal setelah disuntik obat bius Buvanest Spinal. Belakangan diketahui bahwa obat itu bukan Buvanest, melainkan obat dengan kandungan asam Tranexamat.
Peneliti senior Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia, Antoni Tarigan, mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan segera mengumumkan hasil investigasi kasus itu. Waktu satu bulan dinilai Antoni sudah cukup untuk mengeluarkan hasil dari penyelidikan kasus tersebut. "Ini namanya buying time. Kan, sudah satu bulan," kata Antoni, Jumat, 13 Maret 2015, di Warung Daun, Cikini, Jakarta.
Dia mengkhawatirkan ada banyak konflik kepentingan dalam kasus yang terjadi pada 13 Februari lalu ini. Antoni mengingatkan bahwa suami Menteri Kesehatan Nila Moeloek, Farid Anfasa Moeloek, dan mantan Direktur Pengawasan Obat dan Alat Kesehatan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Lucky Surjadi Slamet adalah komisaris independen PT Kalbe Farma. "Kami melihat kasus ini alot diselesaikan. Apa karena banyak orang 'kuat'-nya?" kata Antoni.
MITRA TARIGAN