TEMPO.CO , Makassar: Huruf-huruf lontara khas Bugis-Makassar memenuhi permukaan gaun yang digunakan model yang berjalan di atas catwalk. Warna-warna pastel nan lembut menjadi pilihan perancang Akbar Djura untuk gaun-gaun perempuan modern koleksi House Lontara. Ada rok panjang yang dipadukan dengan blus, ada kain lontara menjadi jaket atau bolero. Ada juga kemeja untuk kaum Adam.
Berbeda dengan House Lontara, Sidji Batik dari Yogyakarta memilih batik tulis sebagai bahan utama gaunnya. Mereka memilih motif yang sudah berkembang dibanding corak batik biasanya. Seperti kain kuning dengan motif bunga-bunga dan ranting dari warna hitam dan merah. Atau kain dasar hitam dengan gambar bambu perpaduan hijau dan kuning.
“Kami memilih warna-warna pastel yang cerah, karena kami menyasar anak muda,” kata Ibnu Mas’ud, pengelola Sidji Batik. Menurut dia, gaun-gaun ini tak hanya dipakai untuk pesta, tapi juga tetap keren dipakai ke mal dipadukan dengan celana pendek.
House Lontara dan Sidji Batik ini digandeng oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar dalam perhelatan Fashion Week yang digelar di Ground Floor Area Trans Studio Mall, Makassar, Ahad lalu.
Acara yang bertajuk “Fashion Parade with 100 Models” ini diikuti sejumlah perancang muda lokal, yakni Azzahra Nabila, Luthfiani Jusuf, Iko Adhitya, dan Asdar. Pria 27 tahun pemilik Asdar Tailor & Butik, misalnya, menghadirkan gaun-gaun berbahan utama renda atau brokat dan tile.
Baca Juga:
Salah satu busana yang cukup menarik perhatian adalah gaun berbahan kain tile sewarna kulit memenuhi bagian belakang, tepatnya di daerah punggung gaun. Di permukaan kain tile itu menempel payet-payet yang berkumpul serupa pulau. Bagian kemben hingga bawahan gaun berupa rok celana menggunakan kain jaguar.