Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dulu, Benang Layangan Digunakan untuk Operasi Bedah  

image-gnews
Dokter bedah plastik, Ali Manafi membentuk tulang rawan hidung seorang pasien wanita di sebuah rumah sakit di Teheran, Iran, 19 Agustus 2015. Para wanita Iran mengurangi ukuran besar, melangsingkan dan meruncingkan hidung mereka lewat operasi plastik. REUTERS/Raheb Homavandi
Dokter bedah plastik, Ali Manafi membentuk tulang rawan hidung seorang pasien wanita di sebuah rumah sakit di Teheran, Iran, 19 Agustus 2015. Para wanita Iran mengurangi ukuran besar, melangsingkan dan meruncingkan hidung mereka lewat operasi plastik. REUTERS/Raheb Homavandi
Iklan

TEMPO.CO, Sentul - Ahli bedah tulang, Idrus Paturusi, mengatakan saat ia masih bersekolah di fakultas kedokteran pada 1979, menjahit hasil bedah masih menggunakan benang layangan. "Benang layangan itu tentu disterilkan dahulu dengan direbus," katanya, saat peresmian pabrik benang bedah nasional pertama di Indonesia, PT Triton Manufactures, Sabtu, 19 September 2015, di Sentul, Jawa Barat.

Seperti saat menjahit baju, para dokter bedah pun menggunakan jarum jahit untuk bedah. Benang layangan akan dimasukkan di lubang jarum yang sebelumnya juga disterilkan dengan direbus. Lalu setelah bekas operasi dijahit, beberapa lama kemudian benang itu akan dikeluarkan kembali.

Risiko menggunakan alat kesehatan tradisional itu cukup tinggi. Walau sudah direbus untuk disterilkan, kata Idrus, tak jarang ada pasien yang mengalami infeksi karena benang yang disterilkan hanya bagian luar saja. "Terkadang tidak bersih hingga di bagian inti benang," katanya.

Risiko lain menggunakan alat kesehatan seperti itu juga bekas operasi akan sangat terlihat di tubuh pasien. Hal ini disebabkan ujung jarum, yang terkait dengan benang lubangnya lebih besar dibandingkan ujung jarum untuk menusuk jahitan.

Teknologi terus berkembang. Ada benang yang terbuat dari usus kucing. Benang itu bisa tertanam dan menyatu di dalam tubuh setelah beberapa waktu. Sayang bahannya cukup mahal saat itu.

Lalu sekitar 1980-an, benang impor pun mulai masuk ke Indonesia. "Benang impor itu juga mahal sekali harganya," kata Idrus. Ia sebagai mahasiswa kesulitan berpraktek lantaran tidak mendapatkan benang bedah impor itu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Saat ini, benang semakin banyak bentuk dan bahan dasarnya. Ada yang berukuran besar, sedang, atau kecil. "Yang ukuran kecil biasanya untuk operasi plastik," katanya. Hal ini agar tidak terlihat bekas jahitan operasinya.

Sudah banyak pula benang bedah yang tidak perlu dilepas kembali dan bisa menyatu dengan kulit. Banyak juga perusahaan yang sudah mengaitkan jarum dan benangnya, sehingga tidak ada lubang yang lebih besar di bagian ujung jarum belakang. "Tentunya saat ini alat bedah itu sekali pakai. Tidak perlu direbus untuk digunakan kembali seperti dahulu," katanya.

Teknologi yang semakin maju ini pun sayangnya belum banyak diproduksi dalam negeri. Baru perusahaan Triton Manufacture yang memproduksi benang bedah dalam negeri. Sisanya Indonesia masih mengimpor dari berbagai negara, terutama Jerman. "Padahal dengan memproduksi secara nasional, harganya bisa jauh lebih murah," katanya. Harga yang murah dengan kualitas baik, tentunya bisa berakibat pada kebutuhan alat kesehatan para dokter.

MITRA TARIGAN

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

2 hari lalu

Ilustrasi petugas Bea Cukai. Instagram/Beacukairi
Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

4 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.


Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

8 hari lalu

Foto handout yang disediakan oleh Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (BASARNAS) menunjukkan desa Laingpatehi setelah letusan Gunung Ruang, di Sulawesi Utara, Indonesia, 19 April 2024. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM melaporkan Gunung Ruang di Kabupaten Kepulauan Sitaro, Sulawesi Utara, meletus pada 16 April malam. Akibat letusan Gunung Ruang, 272 KK atau sekitar 828 jiwa dievakuasi. EPA-EFE/BASARNAS
Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.


Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

8 hari lalu

Upaya evakuasi dan penyelamatan korban banjir di Musirawas Utara, Sumatra Selatan. Foto Dokumentasi Basarnas Palembang
Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.


Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

18 hari lalu

Ilustrasi hipertensi (Pixabay.com)
Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.


Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

24 hari lalu

Ilustrasi label lolos uji keamanan pangan pada kemasan air minum dalam kemasan.
Hal-hal yang Perlu Diketahui Soal Bahaya Kandungan Senyawa Bromat pada Air Minum dalam Kemasan

Pakar mengingatkan bahaya kandungan senyawa bromat yang banyak terbentuk saat Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).


3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

35 hari lalu

Ilustrasi ginjal. Shutterstock
3 Kunci Penanganan Penyakit Ginjal Kronis Menurut Wamenkes

Wamenkes mengatakan perlunya fokus dalam tiga langkah penanganan penyakit ginjal kronis. Apa saja?


Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

36 hari lalu

Edy Wuryanto Ingatkan Pemerintah Antisipasi Demam Berdarah

Banyak rumah sakit penuh sehingga pasien tidak tertampung. Masyarakat miskin kesulitan akses pelayanan kesehatan.


Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

55 hari lalu

Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan IMERI-FKUI. Kredit: FKUI
Guru Besar FKUI Rekomendasikan Strategi Memberantas Skabies

Dalam pengukuhan Guru Besar FKUI, Sandra Widaty mendorong strategi memberantas skabies. Penyakit menular yang terabaikan karena dianggap lazim.


Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

31 Januari 2024

Pasien penderita kusta di Rumah Sakit Anandaban Leprosy Mission di Lele, Nepal, 24 Januari 2015. (Omar Havana/Getty Images)
Peringatan Penyakit Tropis Terabaikan, Mana Saja Yang Masih Menjangkiti Penduduk Indonesia?

Masih ada sejumlah penyakit tropis terabaikan yang belum hilang dari Indonesia sampai saat ini. Perkembangan medis domestik diragukan.