Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Gara-gara Kaki Gajah, 3 Ilmuan Ini Meraih Nobel Kedokteran  

image-gnews
Seorang petugas Dinkes memeriksa pasien penderita Kaki Gajah di Posko Kesehatan Kec. Pamulang Tangerang, Banten, Selasa (17/11). Beberapa hari lalu terdapat korban jiwa akibat memininum obat anti kaki gajah di Soreang Kab Bandung. TEMPO/Tri Handiyatn
Seorang petugas Dinkes memeriksa pasien penderita Kaki Gajah di Posko Kesehatan Kec. Pamulang Tangerang, Banten, Selasa (17/11). Beberapa hari lalu terdapat korban jiwa akibat memininum obat anti kaki gajah di Soreang Kab Bandung. TEMPO/Tri Handiyatn
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga ilmuwan asal Jepang, Cina dan Irlandia mendapat Nobel Kedokteran, Senin 5 Oktober 2015. Mereka berhasil mengembangkan obat untuk melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh parasit seperti malaria dan kaki gajah atau elephantiasis.

William Campbell kelahiran Irlandia dan Satoshi Omura dari Jepang, memenangi 10 dari hadiah senilai 8 juta crown Swedia (US$ 960 ribu) itu karena menemukan avermectin, satu derivatif yang sudah digunakan menangani ratusan juta orang dengan river blindness dan limfatik filariasis atau elephantiasis.

Tu Youyou dari Cina mendapat separuh hadiah karena menemukan artemisinin, obat yang memangkas kematian akibat malaria dan sudah menjadi andalan dalam memerangi penyakit yang menular melalui gigitan nyamuk. Dia orang Cina pertama yang mendapat  Nobel Kedokteran.

Sekitar 3,4 miliar orang, kebanyakan tinggal di negara-negara miskin, berisiko tertular ketiga penyakit parasitik itu. "Dua temuan ini telah memberi manusia sarana kuat baru untuk memerangi penyakit-penyakit mengerikan yang mempengaruhi ratusan juta orang setiap tahun," kata Majelis Nobel di Karolinska Institute Swedia.

"Konsekuensi dalam hal perbaikan kesehatan manusia dan pengurangan penderitaan itu tak terhitung nilainya."

Sekarang obat ivermectin, turunan avermectin buatan Merck & Co, digunakan di seluruh dunia untuk memerangi parasit cacing gelang, sementara obat-obat berbasis artemisinin dari perusahaan-perusahaan seperti Novartis Sanofi menjadi senjata utama melawan malaria.

Omura dan Campbell membuat terobosan dalam memerangi cacing parasit atau helminths setelah mempelajari senyawa-senyawa dari bakteria tanah. Itu membawa ke penemuan avermectin, yang kemudian dimodifikasi lebih lanjut menjadi ivermectin. Penanganan menggunakan obat-obatan itu sangat sukses sehingga river blindness dan limfatik filariasis sekarang berada di ujung kepunahan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Omura, 80 tahun, mengatakan penghargaan sesungguhnya atas pencapaian itu semestinya diberikan untuk kecerdasan bakteri Streptomyces, yang bahan-bahan kimia alaminya sangat efektif membunuh parasit. "Saya sungguh bertanya-tanya apakah saya layak mendapatkan ini," katanya setelah mengetahui bahwa dia mendapat penghargaan tersebut.

"Saya melakukan seluruh pekerjaan saya dengan mengandalkan mikroba dan belajar dari mereka, jadi saya pikir mikroba-mikroba itu semestinya lebih layak mendapatkannya daripada saya," katanya seperti dilansir kantor berita Reuters.

Omura adalah profesor emeritus di Kitasato University, Jepang, sementara Campbell adalah mitra riset emeritus di Drew University, Madison, New Jersey. "Ini adalah kerja tim peneliti jadi bukan hanya kerja saya, ini kerja kita," kata Campbell, 85 tahun, yang mengetahui bahwa dia mendapat hadiah itu lewat telepon menjelang fajar dari kantor berita Reuters yang membangunkan dia dari tidur di rumahnya di North Andover, Massachusetts.

"Selama dekade pertama, ada lebih dari 70 penulis mitra saya menulis makalah. Itu memberimu beberapa gagasan tentang jumlah orang yang terlibat," katanya.

ANTARA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Tiga Ilmuwan Kuantum Raih Penghargaan Nobel Fisika 2022

5 Oktober 2022

Ilustrasi Alain Aspect  (kiri), John Clauser (tengah), dan Anton Zeilinger (kanan), peraih Nobel Fisika 2022. (Ilustrasi: Niklas Elmehed)
Tiga Ilmuwan Kuantum Raih Penghargaan Nobel Fisika 2022

Tiga fisikawan peraih Penghargaan Nobel Fisika 2022 berfokus pada penelitian mengenai quantum entanglement


Tiga Ekonom Memenangkan Penghargaan Nobel Ekonomi 2021

12 Oktober 2021

Sekretaris Jenderal Royal Swedish Academy of Sciences Goran K. Hansson dan anggota Economic Sciences Prize Committee 2021 Peter Fredriksson dan Eva Moerk mengumumkan Penghargaan Sveriges Riksbank dalam Ilmu Ekonomi untuk mengenang Alfred Nobel 2021 ketika foto pemenang David Card, Joshua Angrist dan Guido Imbens ditampilkan di layar selama konferensi pers di akademi, di Stockholm, Swedia, 11 Oktober 2021. [Claudio Bresciani/Kantor Berita TT/via REUTERS]
Tiga Ekonom Memenangkan Penghargaan Nobel Ekonomi 2021

Ekonom David Card, Joshua Angrist dan Guido Imbens, memenangkan hadiah Nobel Ekonomi 2021 atas jasanya dalam penelitian ekonomi mereka.


Pemenang Nobel Perdamaian Diumumkan 8 Oktober, Bagaimana Mekanismenya?

7 Oktober 2021

Medali Nobel Prize. (intelligentcollector.com)
Pemenang Nobel Perdamaian Diumumkan 8 Oktober, Bagaimana Mekanismenya?

Penghargaan Nobel adalah penghargaan prestisius yang dicetus oleh penemu dinamit dan pengusaha Swedia Alfred Nobel. Bagaimana cara pemilihan pemenang?


Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menang Nobel Sastra

7 Oktober 2021

Abdulrazak Gurnah di Panel Hebron, 31 Mei 2009.[Wikimedia]
Novelis Tanzania Abdulrazak Gurnah Menang Nobel Sastra

Abdulrazak Gurnah memenangkan Hadiah Nobel Sastra 2021 atas penetrasi tanpa kompromi dan belas kasihnya terhadap efek kolonialisme dan nasib pengungsi


Benjamin List dan David MacMillan Dianugerahi Nobel Kimia 2021

6 Oktober 2021

Gambar-gambar pemenang Hadiah Nobel Kimia 2021 Benjamin List dan David MacMillan terlihat di layar selama pengumuman Royal Swedish Academy of Sciences di Swedish Academy of Sciences di Stockholm, Swedia, 6 Oktober 2021. [Claudio Bresciani/TT Kantor Berita/via REUTERS]
Benjamin List dan David MacMillan Dianugerahi Nobel Kimia 2021

Benjamin List dari Jerman dan David MacMillan yang lahir di Skotlandia memenangkan Nobel Kimia 2021 atas penelitian organokatalisis asimetris.


Tiga Ekonom Raih Nobel Berkat Usaha Mengurangi Kemiskinan Global

15 Oktober 2019

Penghargaan Nobel.[www.independent.ng]
Tiga Ekonom Raih Nobel Berkat Usaha Mengurangi Kemiskinan Global

The Royal Swedish Academy of Sciences memberikan penghargaan Nobel Ekonomi tahun 2019 kepada tiga ekonom yang mengajar di AS.


6 Penghargaan Bergengsi untuk Ilmuwan Dunia

16 Januari 2019

Medali Nobel Prize. (intelligentcollector.com)
6 Penghargaan Bergengsi untuk Ilmuwan Dunia

Selain Blavatnik Award, dunia sains memiliki beberapa penghargaan yang cukup bergengsi untuk para ilmuwan dunia, seperti Breakthrough Prize


Terapi Kanker Ilmuwan AS dan Jepang Raih Nobel Kedokteran 2018

1 Oktober 2018

James P. Allison dan Tasuku Honjo telah memenangkan Hadiah Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2018. Kredit: Reuters
Terapi Kanker Ilmuwan AS dan Jepang Raih Nobel Kedokteran 2018

Hadiah Nobel Kedokteran saat ini bernilai $ 1,012,297.05 (Rp 15 miliar) dan akan dibagi di antara pemenang.


Penulis Inggris, Kazuo Ishiguro Menangkan Hadiah Nobel Sastra

6 Oktober 2017

Source: Indipendent.co.uk
Penulis Inggris, Kazuo Ishiguro Menangkan Hadiah Nobel Sastra

Kazuo Ishiguro berharap penghargaan Nobel tersebut akan menjadi kekuatan untuk selamanya


Perekam Kehidupan Molekul Ini Dapat Hadiah Nobel Kimia 2017

4 Oktober 2017

Jacques Dubochet, Joachim Frank, dan Richard Henderson meraih Hadiah Nobel 2017 untuk bidang Kimia. (India Today)
Perekam Kehidupan Molekul Ini Dapat Hadiah Nobel Kimia 2017

Tiga ilmuwan mendapat penghargaan Nobel di bidang kimia karena mengembangkan metode untuk menghasilkan gambar molekul beresolusi tinggi.