TEMPO.CO, Jakarta - Terapi sel punca memberi harapan baru untuk mengatasi penyakit-penyakit tidak menular seperti gagal ginjal, patah tulang, jantung, dan lainnya. Untuk mengembangkan terapi tersebut, PT Kalbe Farma Tbk membangun laboratorium Stem Cell and Cancer Institute (SCI) di kawasan Pulomas, Jakarta Timur.
"Penelitian itu sangat penting bagi kemajuan suatu negara, sehingga perlu mendapat perhatian besar dari seluruh pihak, khususnya pemerintah," kata pendiri Kalbe Farma, Boenjamin Setiawan, pada Rabu, 6 Januari 2016 saat diskusi mengenai perkembangan penelitian sel punca dan kanker di kantornya.
Boenjamin, yang juga pendiri SCI, mengatakan salah satu bentuk dukungan pemerintah adalah dengan menaikkan anggaran peneliti atau memberikan double tax deduction bagi industri yang melakukan kegiatan penelitian.
Sejak pertama kali berdiri pada 2006, SCI aktif terlibat dalam riset matrik tali pusat sebagai sumber baru sel punca mesenkimal. Hasil penelitian riset ini menjadi dasar upaya untuk melihat aspek-aspek klinis bagi terapi penyakit kardiovaskuler atau penyakit degeneratif lainnya. Di bidang penelitian kanker, SCI lebih memfokuskan pada studi kanker paru dan payudara.
Tiga tahun selanjutnya, SCI membentuk Kalbe Genomics (KalGen), yaitu laboratorium diagnostik molekuler canggih yang pertama di Indonesia. Laboratorium ini digunakan untuk memberikan layanan pemeriksaan genetik sel kanker pasien untuk menentukan jenis obat yang tepat sasaran.
Sebelum pada akhirnya SCI mendapat sertifikat untuk memproduksi Allogenic Cell dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) pada 2014, SCI juga telah mendirikan Regenerative and Cellular Therapy (ReGeniC) untuk memberikan layanan pemrosesan sel punca dalam klinik untuk kebutuhan terapi berbagai penyakit pada 2010.
ReGeniC memfokuskan pada terapi untuk penyakit osteoarthritis, yaitu jenis penyakit akibat kerusakan atau hilangnya tulang rawan pada sendi sebagai bantalan antar tulang, terutama pada lutut. Laboratorium ini menjadi laboratorium pengembangan sel puncan untuk pengobatan keluhan osteoarthritis dan myocardial infract pertama yang mendapat izin operasional dari Kementerian Kesehatan Indonesia sejak 2013.
Direktur SCI, Sandi Qlintang, menyatakan SCI terus bekomiten untuk melakukan penelitian translational sel punca dan kanker yang bermanfaat bagi masyarakat."Tantangan yang kita hadapi oleh peneliti dari pihak swasta adalah penyediaan anggaran penelitian, penyediaan bahan penelitian dan ketergantungan terhadap bahan baku yang masih impor," lanjut Sandi.
Ditemukan sejak 1996, terapi sel punca baru dikembangkan pada 2007 di Indonesia. Meski saat ini masih dalam tahap penelitian, namun hasilnya memuaskan. Terapi ini pun disebut-sebut akan menjadi tren dan menggantikan pengobatan konvensional.
DINI TEJA