Ia mengawali penelitiannya dengan berdiskusi bersama 64 remaja putri di dua sekolah di Kota Depok, Jawa Barat. Mereka ditanyai soal buah dan sayur yang disukai dan kendala mengkonsumsinya. Hasil diskusi kemudian dimasukkan ke program matematika untuk menghitung buah dan sayur yang bisa dikombinasikan agar didapatkan gizi maksimal sesuai dengan kebutuhan tubuh, yakni mengandung 10 persen kebutuhan energi, 60 persen kebutuhan beta karoten, 60 persen kebutuhan vitamin C, dan 60 persen kebutuhan serat.
Untuk buah, Hera juga menyusunnya berdasarkan musim, sehingga satu kombinasi bisa ditemukan pada saat yang sama. Harganya juga dipilih yang tak memberatkan kantong orang tua--satu kombinasi sekitar Rp 12 ribu. “Lebih mahal satu bungkus rokok,” katanya.
Dari hasil hitungan tersebut, ada delapan varian buah dan sayur yang bisa dikonsumsi bersamaan. Sebanyak 180 remaja diminta menilai semua varian ini.
Dari hasil penelitiannya, para remaja lebih suka sayur dan buah berwarna-warni, manis, dan praktis dimakan. Mereka menyukai buah yang bisa dibawa, seperti untuk bekal sekolah. Mereka juga menyukai sayuran yang dimasak dengan campuran bahan lain, seperti cah sayur kangkung dengan udang atau sayur asam yang dibumbui terasi. “Kalau sayuran biasa, mereka makan satu porsi, tapi kalau dicampur bisa jadi dua porsi,” ujar Hera.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan Doddy Izwardy mengatakan hasil penelitian ini bisa diadopsi pemerintah. Ia akan meminta Hera membuat program yang bisa diaplikasikan masyarakat. “Tak hanya untuk remaja, tapi semua usia, agar konsumsi buah dan sayurnya bertambah,” tuturnya.
Nur Alfiyah
Baca juga :
Menikmati Donald Trump di Tokyo
Suka Makan Ramen? Coba yang Berkuah Biru