Hal yang sama dialami Fedi Sonbay di Kumpul Bali ini. Fedi yang menggeluti bidang teknologi informatika yakni software development atau programming ini memulai proyek sampingan dengan member Kumpul yang lain dan belajar teknologi programming terbaru. "Kumpul sudah membuka pikiran, ide bisnis dan skills baru untuk saya".
Di Kota Medan ada Kelvin Pai yang bergabung dengan coworking Clapham Collective di Medan . "Dari segi network kita bisa mengenal banyak orang dari berbagai bidang dan bisa sharing koneksi maupun pengalaman," kata dia.
Baca: Kantor Asyik Tanpa Ribet Administrasi? Simak Rahasia Mereka
Sebagai web developer & designer dari Lightdiv, Kelvin bisa dapat peluang yang besar dari teman-teman sesama member di coworking space yang membutuhkan jasa dirinya, bahkan tak jarang merekomendasikannya. Tak heran, dia pun bisa berkolaborasi dengan teman-teman spacenya. "Coworking space sangat membantu startup untuk berkembang termasuk dari segi branding dan memperluas koneksi kita," katanya senang.
Sementara Khaleed Hadi Pranowo, sudah bergabung di Impala space di Semarang selama 6 bulan, dengan menawarkan jasa di bidang studio design dan manufacturer untuk furniture dan interior. "Melalui Impala, saya memiliki platform working business yang representatif," kata Hadi.
Namun yang paling utama, lanjut Hadi, dirinya bisa mendapat kemudahan untuk berjejaring dengan coworkers dari bidang lain. "Saya mendapat dukungan untuk beberapa kesempatan project, exhibition, dan dealing untuk ekspor furniture di coworking space ini," ucapnya.
Coworking space, memang bukan sekadar ruang kerja. Seperti disebutkan Community & Space Manager Clapham Collective Cindy Lailani, "Hal terpenting bagi kami bukan sekadar angka, tapi komunitas dan ekosistem," kata Cindy.
Baca: Apa Pekerjaan yang Paling Menjanjikan?Ini Jawaban Bill Gates)
Tentu bukan hanya angin surga yang ada di sini. Komunitas coworking di Indonesia meskipun sudah muncul pada 2010, namun baru berkembang di tahun 2015. Sistem kerja yang sudah 10 tahun ada di dunia barat ini tentu banyak yang harus disesuaikan dengan kultur Indonesia yang kental adat ketimurannya. Seperti yang disebutkan Presiden Perkumpulan Coworking Indonesia, Faye Alund. “Coworking space, di Indonesia mungkin tidak cukup tentang sekadar soft value, yang menawarkan konektivitas, jejaring dan kolaborasi. Kami masih mencari model bisnis apa yang paling sesuai untuk industri coworking di Indonesia.
Dalam perkembangannya, mungkin kita butuh cara bagaimana juga memberi peluang pada para anggota coworking space untuk mendapat peningkatan penghasilan dan kesempatan kerja baru,” ujarnya.
AFRILIA SURYANIS | SDJ