Penurunan itu terlihat hanya pada perempuan dengan tumor hormon-reseptor-negatif, dan pada perempuan yang tidak diobati dengan terapi kelenjar endoktrin seperti tamoxifen --yang menghalangi dampak estrogen.
Sebaliknya dalam penelitian terdahulu, tingginya asupan isflavon tidak berkaitan dengan angka kematian yang lebih banyak pada perempuan yang menerima terapi hormon.
"Berdasarkan hasil studi kami, kami tidak melihat dampak yang merugikan dari konsumsi kedelai di kalangan perempuan yang menjalani terapi kelenjar endoktrin, yang telah diduga menjadi perhatian," kata Zhang.
baca juga:Sering Pegal Setelah Aktivitas, Bisa Jadi Sinyal Penyakit
"Buat perempuan dengan kanker payudara hormon-reseptor-negatif, produk makanan kedelai mungkin memiliki potensi dampak menguntungkan dan meningkatkan kelangsungan hidup. Perempuan yang tidak menerima terapi kelenjar endokrin sebagai pengobatan kanker payudara mereka memiliki hubungan yang lebih lemah tapi secara statistik masih penting." Para peneliti itu menyatakan mereka hanya meneliti isoflavon makanan yang muncul secara alamiah, bukan isoflavon tambahan.
Bagaimana isoflavon dari makanan berinteraksi dengan sel kanker payudara tidak jelas, tapi penelitian telah memperlihatkan zat tersebut memiliki anti-oksidan, anti-radang, anti-angiogenik, dan dampak lain yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup tumor.
Dalam editorial yang menyertai studi itu, Omer Kucuk dari Winship Cancer Institute of Emory University, mengatakan mereka sekarang memiliki bukti bahwa makanan kedelai bukan hanya mencegah kanker payudara tapi juga bermanfaat buat perempuan yang menderita kanker payudara. (baca :SkipChallenge, Bisakah Korbannya Diselamatkan?)
"Oleh karena itu, kami dapat menyarankan perempuan untuk mengkonsumsi makanan kedelai karena banyak manfaat kesehatan dari kedelai," tulis Omer Kucuk.
ANTARA