Direktur Sumber Daya Manusia PT Indosat Ooredo Tbk, Ripy Mangkoesoebroto, membenarkan pendapat perihal munculnya pola pikir “bekerja untuk menyenangkan diri”, terutama pada generasi Millennial yang berusia di bawah 35 tahun. Sedangkan bagi pekerja Gen X ataupun generasi sebelumnya, masih berlaku prinsip “bekerja untuk menyenangkan keluarga”. “Ditambah lagi dengan ikatan kekeluargaan di Indonesia yang masih lebih kuat,” kata Ripy.
Dia juga mengakui, kerja keras belum tentu berbanding lurus dengan sukses. Bagi Ripy, kunci lain sukses adalah bekerja pintar, yakni bekerja pada bidang yang sesuai dengan minat. Dia menilai, kalau seseorang berhasil memperoleh pekerjaan yang tepat, stres yang didapat justru akan menjadi pemacu prestasi. Ia mengimbuhkan, pada akhirnya setiap pekerja perlu memiliki jati diri yang kuat, termasuk kejelasan ihwal nilai, prinsip, serta prioritas hidup. “Pilihlah jenis pekerjaan dan tempat berbisnis atau bekerja yang sesuai dengan nilai-nilai pribadi dan prioritas hidup Anda,” dia berpesan. (Baca :Hamil di Usia Tua Tak Perlu Khawatir, Ini Penelitiannya)
Pelaku bisnis properti, Linda Fakhri, menimpali, pekerja pintar adalah pekerja yang memilih pindah ke bidang lain saat merasa sudah mentok dalam kariernya. Ketika memberikan pelatihan kepada agen penjual properti, Linda menuturkan, dirinya sering memberi contoh mengenai sejumlah orang yang berkeras menjalankan pekerjaan atau usaha yang sama selama bertahun-tahun sekalipun tidak membuahkan hasil. “Padahal, kalau dia mau berubah, banyak kesempatan lain di luar,” ujarnya.
Linda menyadari, perilaku ngotot pada satu bidang pekerjaan adalah buah dari pendidikan di masa kecil. Pada masa lalu, orang tua umumnya mengajari anak-anaknya supaya pantang menyerah. Tapi, seiring dengan perkembangan zaman, kata dia, kegigihan itu harus diimbangi dengan kerja pintar.
Selanjutnya : Biarkan pikiranmu melanglang buana