TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial dicurigai sebagai pemicu munculnya gangguan makan pada anak dan remaja. Meski belum ada penelitian yang membuktikan kecurigaan itu, ahli psikologi menyebut media sosial telah menetapkan standar penampilan yang ideal melalui komentar penggunanya. Misalkan, langsing dan putih adalah sosok perempuan ideal. Sedangkan sosok ideal laki-laki adalah tinggi dan berotot.
Standar tersebut, menurut tim psikolog dari klinik LightHouse Indonesia, memicu gangguan makan pada anak dan remaja perkotaan. “Media sosial memperkuat bagaimana kita semua, khususnya remaja, mencari penilaian positif dari lingkungan,” kata Tara Adhisti de Thouars, Kepala Pusat Gangguan Makan LightHouse, dalam sebuah diskusi, Jumat pekan lalu. (Baca :Amankah Disantap Setelah Lima Detik Jatuh? Ini Penelitiannya)
Tara mengatakan banyak orang berlomba-lomba memenuhi standar sosial mengenai bentuk tubuh yang ideal, lalu membandingkan satu sama lain tanpa puas. “Apa yang dilihat di media sosial teman, artis, dan kerabat, serta komentar-komentar yang beredar mengubah pandangan mengenai fisik dan tubuh,” ujarnya.
Padahal tidak semua yang ditampilkan di media sosial adalah hal yang sebenarnya dari teman, artis, atau kerabat mereka. Namun penampilan di dunia maya itu telanjur memberikan dampak negatif terhadap anak dan remaja, yang berada dalam masa tumbuh kembang, pencarian jati diri, dan mencari penerimaan sosial.
“Akibatnya, mereka menjalani diet berlebihan, konflik terhadap makanan, haus pujian, dan akhirnya membuat mereka mengalami gangguan makan,” kata Tara. Kondisi ini apabila tidak ditangani dengan serius sejak dini akan berdampak seumur hidupnya.
MARTHA WARTA SILABAN
Baca juga :
Ini Akibat Jika Pakaian Basah Dijemur di Dalam Rumah
Apakah Anda Jenius? Simak 8 Ciri Ini