TEMPO.CO, Jakarta -Beberapa tahun silam, Meymey, 47 tahun, pernah susah tidur. Dia sulit mendapatkan posisi berbaring yang nyaman karena terganggu nyeri di pinggang bagian belakang. “Guling ke sana ke mari, tetap terasa nyeri,” kata dia ketika dihubungi, Selasa lalu. Keluhan yang sama dialami Meymey jika duduk terlalu lama.
Baca; Waspadai Nyeri Pinggang
Dia kemudian berkonsultasi dengan dokter spesialis ortopedi di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, pada Agustus tahun lalu, dan diminta menjalani tes magnetic resonance imaging. Hasilnya, ada saraf yang terjepit di lumbal (ruas tulang belakang) nomor 45. “Saya lalu menjalani suntik laser.” Sejak saat itu, ia tak pernah lagi merasakan nyeri.
Dokter spesialis ortopedi, Muki Partono, menuturkan suntik laser atau percutaneous laser disc decompression (PLDD) kembali digunakan di Indonesia untuk penderita herniated nucleus pulposus (HNP) alias saraf terjepit. Penyakit ini dipicu penonjolan pada bantalan tulang belakang yang menekan sistem saraf.
Teknologi laser ini sempat hadir di Tanah Air beberapa tahun silam, tapi lantas menghilang lantaran tidak populer. Padahal, di Eropa, banyak penderita saraf terjepit yang menjalani pengobatan ini. “Tekniknya hanya memasukkan jarum suntik melalui kulit dan diarahkan ke bantalan yang menonjol,” kata Muki, awal Maret lalu.
Baca Juga:
Baca: Hati-hati Membungkuk, Saraf Bisa Terjepit
Tingkat keberhasilan suntik laser mencapai 80 persen atau hampir sama dengan tingkat keberhasilan operasi yang berkisar 80-90 persen. Namun, kelebihannya, ongkos suntik laser hanya Rp 25-30 juta untuk kamar perawatan kelas 3. Bandingkan dengan biaya operasi yang rata-rata lebih dari Rp 60 juta.
Muki menyebutkan, meski tindakan laser hanya berlangsung selama 15 menit, pasien diharapkan menjalani rawat inap. Alasannya, persiapan fisik sebelum dan sesudah penyinaran mempengaruhi tingkat keberhasilan pengobatan. “Paling tidak, 12 jam setelah tindakan baru pasien saya izinkan pulang,” ujarnya. Setelah itu, dalam 3-4 pekan, pasien harus melakukan kontrol dan disarankan tidak melakukan aktivitas berat, seperti mengangkat beban. Dia juga meminta pasien mengenakan korset.
Selanjutnya: Sakit Nyeri Pinggang Bisa Berulang