Meymey adalah salah satu pasien yang hingga kini masih mengenakan korset. Dia mengaku kondisi pinggangnya sudah jauh lebih baik dibanding sebelum menjalani suntik laser. Meski demikian, Meymey diminta tetap menjaga kondisi tubuhnya dengan tidak membawa beban yang terlalu berat.
Disiplin menjaga kondisi tubuh, dikatakan Muki, penting karena nyeri pinggang adalah penyakit yang berpotensi berulang. Artinya, meski gangguan bisa dihilangkan di salah satu ruas, gangguan yang sama bisa terjadi pada ruas lain. Keadaan ini dipengaruhi dua faktor. Pertama, sepanjang hidupnya, manusia selalu beraktivitas. Kedua, setelah berusia 33 tahun, fungsi organ tubuh, termasuk bantalan dan tulang belakang, secara alami turun 1 persen setiap tahun. “Jadi jangan kaget kalau orang tua jalannya bungkuk. Sebab, kalau tegak akan membuat sakit lagi.”
Secara umum, sakit pinggang diderita sekitar 1 persen dari total penduduk di suatu negara. Nyeri pinggan ringan ditandai dengan gejala seperti kesemutan, rasa baal, ditarik, dan seperti disayat. Rasa sakit akan bertambah parah jika semakin banyak ruas tulang belakang yang bermasalah. “Kalau di tulang belakang ada 1, 2, 3 bahkan 10 yang bermasalah dari total 66 ruas, pasti sangat nyeri,” Muki menggambarkan.
Menanggapi Muki, dokter spesialis ortopedi Briliantono menyebutkan pengobatan PLDD bisa diberikan untuk pasien yang baru mengalami saraf terjepit atau anak muda. "Misalnya, dia baru mengangkat beban, jatuh, dan terkena HNP. Besoknya dia langsung berobat (bisa diberi tindakan PLDD)," kata dia kepada Tempo, kemarin.
Dokter yang berpraktek di Halimun Medical Center ini bertutur, dari 100 kasus saraf terjepit, hanya 3-5 pasien yang dapat diobati dengan laser. Adapun pasien yang sudah menderita penyakit ini selama berbulan-bulan tidak bisa diobati dengan teknik laser. “Bisa dengan pengobatan lain, seperti operasi atau endoskopi, tergantung kasusnya,” ucap Briliantono.
MARTHA WARTA