TEMPO.CO, Jakarta -Bagi orang-orang yang memiliki kecenderungan menjadi kleptomania dan obsesi, menurut Psikolog Klinis Ine Indriani ada terapi untuk mereka. Misalnya terapi brainspotting. Yaitu untuk memulihkan obsesi terhadap suatu benda tersebut. Pemulihan tergantung seberapa dalam masalah, juga apakah ada hubungannya dengan masa kecil.(Baca:Serum Ini Mampu Atasi Bercak Gelap di Kulit Wajah)
"Biasanya akan saya minta bawa pensil-pensil yang pernah dia ambil agar feel-nya dapat," ujarnya. Meski terlihat biasa masalahnya, tapi dengan terapi kemungkinan ditemukan hubungannya dengan hal lain.
"Misalnya nanti ada kaitannya dengan pengalaman dengan ibu atau pengalaman di-bully dengan teman dan lainnya," kata Ine pada Rabu, 29 Maret 2017 di Jakarta.
Ine menjelaskan brainspotting adalah psikoterapi yang mengandalkan mata untuk masuk ke area bawah sadar subkorteks. Brainspotting langsung mengakses subkortek, memori bawah sadar, dan lebih cepat.(Baca:Netizen Kritik Nagita Slavina Lebih Peduli Lingerie daripada Anak)
"Jadi, tidak hanya mengandalkan bahasa, brainspotting lebih cepat dan lebih dalam," kata Ine yang juga menjadi therapist dan trainer Brainspotting Indonesia.
Brainspotting juga dapat mengatasi seseorang yang memiliki pengalaman negatif, emosi negatif, dan pengalaman yang tidak nyaman. "Yang kurang percaya diri juga bisa," ujar Ine.
Satu kali sesi brainspotting menghabiskan waktu sekitar 45-60 menit. "Ada yang satu sesi masalahnya sudah teratasi (pulih traumanya) ada yang beberapa sesi, tergantung masalahnya," kata Ine.
AFRILIA SURYANIS
Baca Juga:
Trik Bugar Meski Flu dan Pilek Menyerang
Kesuksesan Inul Berkat Peran Suami, Simak Analisis Pakar