TEMPO.CO, Jakarta – Blue whale challenge adalah sebuah permainan yang disebar melalui jejaring sosial. Target pemain dalam permainan ini adalah orang yang labil yang dapat dihasut untuk mengikuti serangkaian permainan hingga melakukan aksi bunuh diri.
Remaja rentan terhasut untuk melakukan permainan berbahaya ini. Lalu, bagaimana mencegahnya? Psikolog klinis Ine Indriani mengatakan masa remaja adalah masa yang tidak mudah. Sebab, pada masa itu ada perubahan hormon dan otak, emosi yang tidak stabil, pencarian jati diri, dan pengakuan sosial yang menjadi penting.
Baca: Blue Whale Challenge, Permainan Ekstrem yang Memicu Bunuh Diri
"Sehingga bila tidak dibimbing dengan baik dapat menimbulkan stres pada remaja," kata Ine kepada Tempo, Kamis, 4 Mei 2017.
Untuk itu, agar tak melakukan hal-hal yang negatif atau membahayakan dirinya, remaja butuh didengar dan diterima. "Butuh teman untuk berbagi cerita," ujarnya.
Ine melanjutkan, ketika seorang remaja tidak dapat mengekspresikan emosi dengan tepat dan berujung ke stres dan emosi-emosi negatif lainnya, dia akan mudah terpengaruh hal-hal negatif seperti blue whale challenge. "Mereka membutuhkan tempat untuk dipahami bisa curhat dan mengungkapkan perasaan-perasaannya."
Menurut Ine, ketika orang tua atau keluarga dapat memahami kondisi ini dan menjadi teman yang baik bagi remaja, maka dia tidak akan mudah terkena paparan yang menyesatkan seperti blue whale challenge.
"Tapi sebaliknya, kalau ternyata dia tidak dapat dipahami oleh orang tua, dengan kondisi yang labil dan mencari tempat yang membuatnya nyaman dan merasa diterima, dia bisa mudah dipengaruhi berbagai hal yang negatif," kata Ine.
AFRILIA SURYANIS