Imunoterapi jadi Harapan Baru untuk Pengobatan Kanker Paru-paru

Reporter

Tabloid Bintang

Editor

Mila Novita

Sabtu, 6 April 2019 10:15 WIB

Ilustrasi penderita kanker. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Sel kanker seperti musuh. Mereka menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang diibaratkan sebagai tentara penjaga kesehatan manusia. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tumbang dan kondisi kesehatan pasien cepat menurun.

Baca: Pasien Kanker Rentan Stres karena Lingkungan, Ini Dampaknya

Tapi kini teknologi kedokteran dapat menambah pasukan kekebalan tubuh dengan imunoterapi. Terapi yang makin populer dalam tiga tahun belakangan ini merupakan terobosan batu dalam pengobatan kanker. Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh pasien untuk melawan sel-sel kanker.

Konsultan Hematologi dan Onkologi Medik dari MRCCC Siloam Hospitals Jakarta, dr. Jeffry B. Tenggara, Sp.PD, KHOM, menjelaskan, tubuh memiliki sel T yang merupakan bagian darah putih. Sel ini seperti tentara yang tugasnya melawan musuh.

Sel darah putih punya banyak komponen antara lain limfosit, basofil, dan fagosit. Dan, yang berperan melawan kanker adalah sel limfosit T dan sel NK. “Tapi, kadang kekebalan kita tidak cukup kuat untuk melawan kanker. Awalnya kekebalan tubuh dapat membasmi sel kanker sebelum mereka berkembang lebih lanjut," kata Jeffry kepada tabloidbintang.com di Jakarta, pekan ini.

Seiring waktu, sel-sel kanker bertumbuh makin cepat hingga kekebalan tubuh tak dapat mengimbangi sepak terjang mereka. Beberapa jenis kanker diketahui memiliki mekanisme untuk menghancurkan sel limfosit T.

Prinsip imunoterapi, kata Jeffry, memanfaatkan mekanisme kekebalan sel tubuh kita sendiri untuk melawan kanker. Ada beberapa jenis metode imunoterapi, yaitu check point inhibitors (CPI), cytokine induced killer cell, dan vaksin.

Saat ini immunoterapi yang banyak dipakai CPI yang salah satunya, adalah anti PD-1. Mekanisme kerja anti-PD1, mencegah kematian sel limfosit T yang diserang kanker. "PD-1 bagian sel T limfosit. Tugasnya menginduksi program pematian sel, dalam hal ini sel kanker. Secara alami, tubuh memiliki mekanisme untuk meredakan PD-1 karena bila aktivitasnya berlebih, justru berdampak buruk bagi tubuh," Jeffry mengulas.

Itu sebabnya, beberapa sel tubuh dirancang memiliki PD-L1 dan PD-L2. Bila PD-1 berikatan dengan ligan PD-L1 atau PD-L2, sel T menjadi tidak aktif, sehingga tidak muncul reaksi berlebih.

Sayang, sel kanker tak kalah cerdas. Mereka dapat meniru mekanisme ini. Beberapa jenis kanker bahkan mengembangkan ligan PD-L1 dan atau PD-L2 pada permukaannya untuk meredam aktivitas sel T. Dengan demikian mereka dapat menyembunyikan diri dari kejaran sistem imun.

Hadirnya anti PD-1 memberi pilihan terapi lebih banyak khususnya bagi pasien kanker paru-paru. Dr. dr. Andhika Rachman, Sp.PD-KHOM dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menyatakan, pemberian obat ini meningkatkan progression-free survival (PFS) hingga enam bulan.

"PFS adalah masa selama kanker tidak berkembang. Ini menjanjikan, mengingat angka kesintasan pasien kanker paru-paru sangat rendah."

Baca: Sering Minum Teh Panas Meningkatkan Risiko Kanker Kerongkongan

TABLOIDBINTANG.COM

Berita terkait

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

1 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

2 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

2 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

5 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

8 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

10 hari lalu

Memahami Penyembuhan Kanker Darah dengan Sel Punca

Dokter menjelaskan metode penyembuhan kanker darah dengan melakukan transplantasi sel punca atau stem cell. Simak penjelasannya.

Baca Selengkapnya

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

10 hari lalu

Hindari Paparan Zat Asing untuk Cegah Kanker Darah

Masyarakat diminta menghindari paparan zat asing demi mencegah risiko kanker darah. Apa saja yang dimaksud?

Baca Selengkapnya

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

12 hari lalu

Hati-hati, Asap Rokok Tingkatkan Risiko Kanker Paru hingga 20 Kali Lipat

Hati-hati, asap rokok dapat meningkatkan 20 kali risiko utama kanker paru, baik pada perokok aktif maupun pasif. Simak saran pakar.

Baca Selengkapnya

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

15 hari lalu

Sering Diabaikan, Padahal Peradangan Berisiko Penyakit Jantung sampai Kanker

Peradangan yang terlalu sering berbahaya bagi kesehatan dan kita kerap mengabaikan dampaknya, yakni penyakit kronis.

Baca Selengkapnya

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

16 hari lalu

Angka Kematian Tinggi, Jangan Sampai Telat Deteksi Kanker Mulut

Kanker mulut merupakan salah satu kasus keganasan dengan angka kematian yang tinggi sehingga deteksi dini adalah kunci keberhasilan mengatasinya.

Baca Selengkapnya