Sulit Dikenali, Kapan Saat Tepat Deteksi Dini Kanker Paru?

Reporter

Tempo.co

Editor

Mila Novita

Rabu, 10 Juli 2019 09:01 WIB

Ilustrasi kanker (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker paru, seperti yang diderita Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Sutopo Purwo Nugroho, sulit dideteksi. Biasanya penyakit ini baru diketahui saat memasuki stadium lanjut yang artinya sudah sulit diobati. Itu pun umumnya diketahui karena penderita melakukan pemeriksaan kesehatan setelah mengalami keluhan penyakit lainnya.

Baca juga: 6 Penyebab Kanker Paru Selain Merokok

Sutopo, misalnya, mengetahui penyakit itu ketika ia melakukan cek kesehatan karena mengalami nyeri di pinggang kiri pada akhir 2017. Ia khawatir itu merupakan gejala penyakit jantung. Ia juga mengalami batuk yang tidak kunjung sembuh. Tapi setelah diperiksa, ia didiagnosis menderita kanker paru pada awal 2018.

Seperti Sutopo yang bukan perokok, setiap orang berisiko terkena kanker paru. Sebab, pemicu kanker paru ada di sekitar kita, seperti asap rokok, polusi udara, dan karsinogen dalam makanan. Kasus yang dialami Sutopo ini juga banyak dialami pasien lainnya.

Itu sebabnya, dokter menganjurkan melakukan deteksi dini kanker paru, tanpa menunggu gejalanya muncul. Kapan saat yang tepat?

Dokter spesialis patologi klinik Rumah Sakit St. Carolus Bettia M. Bermawi mengatakan, deteksi dini kanker paru perlu dilakukan di usia 40 tahun. Biasanya, dokter juga akan mempertimbangkan hal lainnya, seperti berapa lama ia terpapar pemicunya.

“Tapi secara statistik kanker paru banyak diderita usia 40 tahun ke atas. Kejadian di bawah 40 tahun ada, tapi jarang,” kata Dr Bettia dalam acara perkenalan sistem Total Laboratory Automation (TLA) Prodia bekerja sama dengan Abbot Laboratories di Jakarta, Selasa, 9 Juli 2019.

Pemeriksaan lebih dini lagi diperlukan jika orang yang berisiko tinggi merasakan gejala. Orang yang berisiko tinggi adalah orang yang merokok atau sering terpapar asap rokok, gas rodon, asbes, dan memiliki genetika kanker. Adapun gejala awal yang sering ditemui adalah batuk lebih dari dua minggu. “Batuk lebih dari dua minggu sebaiknya periksakan ke dokter, jangan hanya beli obat ke warung,” kata dia.

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan napas dan rontgen. Selain itu juga akan ada pemeriksaan dahak untuk mengetahui apakah batuknya disebabkan oleh alergi atau infeksi, atau ada yang lebih serius seperti kanker.

Jika curiga ada penyakit serius, dokter akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. “Dokter akan melakukan pemeriksaan darah dan hal yang penting adalah melihat apakah ada gejala penurunan berat badan secara singkat,” kata dia.

Baca juga: Perjuangan Sutopo Lawan Kanker Paru, dari Jakarta hingga ke Cina

Kalau kanker paru sudah terbilang parah, kata dr Bettia, biasanya pasien akan akan batuk darah atau banyak cairan di rongga paru-parunya.


Berita terkait

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Indonesia Tertinggal dalam Pengendalian Industri Tembakau di Tingkat ASEAN

2 hari lalu

Indonesia Tertinggal dalam Pengendalian Industri Tembakau di Tingkat ASEAN

Hingga hari ini, kata Bigwanto, pemerintah belum mempunyai regulasi yang memadai untuk mengendalikan produk tembakau.

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

6 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

11 hari lalu

Tak Ingin Pikun Usia Muda? Lakukan Tips Berikut

Gaya hidup membantu untuk mengurangi resiko pikun sampai demensia alzheimer.

Baca Selengkapnya

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

12 hari lalu

Jokowi: Daerah Kepulauan Indonesia Kekurangan Dokter Spesialis

Jokowi mengatakan kemampuan produksi dokter spesialis Indonesia hanya 2.700 per tahun.

Baca Selengkapnya

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

14 hari lalu

Mengapa Bayi Harus Diimunisasi?

Bayi harus menjalani imunisasi karena beberapa alasan tertentu yang akan dibahas dalam artikel ini.

Baca Selengkapnya

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

15 hari lalu

6 Bahaya Bayi yang Tidak Diimunisasi

Bayi penting untuk melakukan imunisasi secara rutin agar terhindar dari bahaya kesehatan mendatang. Lantas, apa saja bahaya bagi bayi yang tidak melakukan imunisasi?

Baca Selengkapnya

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

22 hari lalu

Polres Jayapura Tangkap Ceria yang Jual Sabu di Diaper MamyPoko

Polisi menangkap perempuan berinisial SJ alias Ceria, 43 tahun, karena menjual narkotika jenis sabu.

Baca Selengkapnya

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

22 hari lalu

Konimex dan Indordesa Luncurkan Produk Baru Makanan Nutrisi FontLife One, Bidik Pasar Dewasa Muda

PT Indordesa-- anak perusahaan PT Konimex, meluncurkan produk makanan nutrisi dan perawatan kesehatan, FontLife One, di Kota Solo, Jawa Tengah.

Baca Selengkapnya

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

23 hari lalu

Aliansi Kecam Kehadiran Industri Plastik dan Kimia dalam Delegasi Indonesia untuk Negosiasi Perjanjian Plastik

Kehadiran itu membahayakan tujuan perjanjian, yaitu mengatur keseluruhan daur hidup plastik untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan.

Baca Selengkapnya