Pentingnya Edukasi Pengobatan Terstandar buat Penderita Kanker

Reporter

Bisnis.com

Kamis, 30 Januari 2020 19:26 WIB

Ilustrasi kanker (pixabay.com)

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker, seperti penyakit kronis lain di dunia, tidak dapat disembuhkan namun bisa dikendalikan dengan penanganan dan pengobatan yang tepat. Penanganan kanker sering menjadi hal yang menakutkan bagi pasien. Informasi yang tidak sesuai biasanya membuat mereka ragu untuk mengambil langkah medis.

Mitos mengenai penanganan kanker juga masih menyebar luas di kalangan masyarakat. Untuk itu, perlu adanya edukasi yang menekankan pada pengobatan kanker yang terstandar dan berdasarkan hasil uji klinis.

Dr. dr Ikhwan Rinaldi, Sp.PD-KHOM, hematolog onkologi medik RSCM, mengatakan hingga saat ini saja sebagian besar pasien enggan melakukan pemeriksaan karena kekhawatiran pada efek samping yang mungkin muncul.

"Masih banyak pasien kanker yang lebih memilih pengobatan yang tidak berstandar. Kekhawatiran pada prosedur berbagai tindakan mulai dari biopsi, operasi, radioterapi, dan kemoterapi membuat pasien mencari jalan alternatif pengobatan kanker," ujar Ikhwan.

Sebagai contoh paling umum, banyak pasien khawatir prosedur biopsi akan menyebabkan penyebaran sel kanker menjadi lebih luas. Padahal, biopsi wajib untuk memastikan kecurigaan pada sel kanker dan memastikan jenis kanker.

Advertising
Advertising

Dia menambahkan, tata laksana kanker meliputi menentukan kepastian kanker (diagnosis) dan penyebarannya (penentuan stadium), serta tata laksana untuk mengobati kanker. Tata laksana ini secara medis dipandu oleh standar prosedur tertentu yang berlaku secara internasional.

Indonesia biasanya berkiblat pada panduan dari Amerika Serikat (National Comprehensive Cancer Network atau NCCN) atau Eropa (European Society Medical Oncology) atau Panduan Nasional Penanggulangan Kanker dari Kementrian Kesehatan.

“Tata laksana pasien kini berkembang semakin maju. Kita sebagai dokter sekaligus user dari perkembangan teknologi kedokteran perlu belajar terus-menerus dan menambah pengalaman. Kita tentu ingin memberikan pengobatan terbaik sehingga pasien dapat mengalami kesembuhan,” tuturnya.

Menurut Ikhwan, penting sekali untuk mengedepankan komunikasi kepada pasien dan keluarga sehingga keberhasilan penanganan kanker sesuai tata laksana pengobatan pun semakin tinggi. Komunikasi yang kuat harus dibangun antara dokter, pasien, dan keluarga pasien agar tercipta kepercayaan satu sama lain.

"Hal ini menjadi strategi pula agar pasien dan keluarga mau mengikuti prosedur tata laksana dan tidak mudah terpengaruh omongan mulut ke mulut tentang pengobatan kanker nonmedis yang tak terbukti secara ilmiah, mengingat dampak berbahaya yang berpotensi akan timbul,” tambah Ikhwan.

Berita terkait

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

1 hari lalu

3 Jenis Pengobatan untuk Pasien Parkinson

Ada tiga jenis pengobatan yang dapat digunakan untuk pasien Parkinson, melalui obat-obatan, terapi fisik, dan metode operasi.

Baca Selengkapnya

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

3 hari lalu

Pengobatan Kanker Dikabarkan Bikin Raja Charles III Kehilangan Indera Perasa

Raja Charles III dikabarkan mengalami kehilangan indera perasa sebagai efek samping dari pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

4 hari lalu

Pemprov DKI Jakarta Gencarkan Edukasi Polusi Udara

Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melakukan kampanye edukasi dengan tema 'Udara Bersih Untuk Jakarta', di Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Pandawa Tanah Tinggi.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

4 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

5 hari lalu

Jangan Hentikan Pengobatan Lupus meski Sudah Dapat Remisi

Pakar mengatakan kondisi remisi pada penyakit lupus belum tentu sama dengan berhenti berobat. Berikut penjelasan dokter penyakit dalam.

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

7 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

7 hari lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

14 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

16 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

18 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya