Pentingnya Aktivitas Fisik untuk Atasi Depresi

Reporter

Antara

Jumat, 15 Oktober 2021 11:57 WIB

Ilustrasi ponsel dapat meningkatkan depresi. theconversation.com

TEMPO.CO, Jakarta - Di masa pandemi COVID-19, aktivitas remaja cenderung sedikit, menjadikan mereka kurang aktif dan lebih banyak duduk di depan layar antara lain karena menjalani sekolah daring serta pola tidur yang tidak beraturan. Spesialis kedokteran olahraga di RSUI Dr. dr. Listya Tresnanti Mirtha, Sp.KO, berpendapat aktivitas fisik dan latihan fisik bisa menjadi strategi terapi yang efektif mengatasi gejala depresi dan kecemasan pada remaja selama masa pandemi COVID-19.

Staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan duduk terlalu lama akan menciptakan beban yang statis sehingga otot akan berkontraksi secara terus menerus tanpa adanya fase pemanjangan atau pemendekan, yang akhirnya dapat mengganggu sirkulasi otot dan menimbulkan kelelahan. Saat aktivitas fisik menurun, tingkat kebugaran tubuh juga akan menurun dan hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan fisik dan mental.

Data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2020 menyebut kondisi kesehatan mental menyumbang 16 persen dari beban penyakit dan cedera secara global pada kelompok usia 10-19 tahun. Apabila gangguan kesehatan mental tidak dapat diatasi saat remaja kemungkinan dapat meluas hingga dewasa. Akibatnya, dapat merusak kesehatan fisik dan mental serta membatasi kesempatan untuk menjalani kehidupan yang memuaskan sebagai orang dewasa.

“Konsekuensi dari tidak mengatasi kondisi kesehatan mental remaja meluas hingga dewasa,” kata Listya.

Menurutnya, aktivitas fisik pada remaja dan kelompok usia lain sangat penting dan memiliki banyak manfaat, seperti memelihara tingkat kesehatan dan kebugaran jasmani, membangun kesehatan otot dan tulang, mengurangi gejala kecemasan dan depresi, dan lain-lain.

Advertising
Advertising

Aktivitas fisik bertujuan untuk membuat tubuh lebih sehat, yakni melibatkan seluruh gerakan tubuh sebagai hasil kontraksi otot rangka, yang akan meningkatkan energi ekspenditur, misalnya melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu atau mencuci. Untuk bugar, orang juga harus melakukan latihan fisik, yakni aktivitas fisik yang terencana, terstruktur dengan gerakan yang dilakukan berulang, untuk memperbaiki atau memelihara komponen kebugaran jasmani, misalnya latihan mengangkat beban beberapa set dan dengan repetisi tertentu.

Berbeda dari dua istilah tersebut, olahraga termasuk aktivitas fisik yang mempunyai ciri permainan, mempunyai aturan tertentu, dan mengandung unsur kompetisi, misalnya basket atau bulu tangkis. Listya mengatakan semakin tinggi intensitas aktivitas fisik dan latihan fisik, semakin banyak manfaat yang didapat, namun bahaya dan risikonya juga semakin tinggi.

Oleh karena itu, diperlukan penerapan prinsip BBTT yang merupakan akronim dari Baik, Benar, Terukur, Teratur. Baik artinya dimulai sejak dini sesuai dengan kondisi fisik. Benar, dilakukan secara bertahap dimulai dari pemanasan, dilanjutkan dengan latihan inti, dan diakhiri dengan pendinginan. Terukur berarti intensitas latihan sesuai zona latihan dengan denyut nadi latihan (DNL), dan Teratur dilakukan 3-5 kali per minggu selang sehari untuk istirahat.

WHO merekomendasikan latihan fisik untuk anak dan remaja minimal 60 menit per hari dengan melakukan aktivitas fisik intensitas sedang hingga berat sepanjang minggu, sebagian besar adalah aktivitas aerobik, serta minimal tiga kali per minggu melakukan aktivitas fisik intensitas berat untuk meningkatkan kekuatan otot dan massa tulang.

Sementara untuk waktu layar dianjurkan maksimal 2 jam per hari. Waktu duduk yang lama juga perlu dihentikan setiap 30-60 menit. Listya mengajurkan berdiri dan peregangan selama 1 menit. Untuk waktu tidur, yang berkualitas baik.

“Konsistensi dan motivasi yang berkelanjutan dapat ditingkatkan dengan dukungan teman sebaya, keluarga, dan platform elektronik yang menawarkan banyak program latihan,” tutur Listya.

Selain itu, pemilihan jenis aktivitas dan latihan fisik selama masa pandemi tetap harus selalu didasarkan pada minat dan usia. Listya mengatakan dengan tetap aktif bergerak selama masa pandemi akan mengurangi stres, meningkatkan imunitas, dan menjaga kebugaran tubuh.

Terkait masalah kesehatan fisik dan mental yang dialami remaja pada masa pandemi COVID-19, spesialis ilmu kesehatan jiwa konsultan kesehatan jiwa anak RSUI sekaligus staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Fransiska Kaligis, Sp.KJ(K), berpendapat hal ini disebabkan akumulasi berbagai faktor.

Faktor ini antara lain stres atau tekanan takut akan terinfeksi penyakit, takut kehilangan anggota keluarga, masalah ekonomi, kehilangan dukungan keluarga, hilang kesempatan pergi berlibur atau keluar rumah, akses terbatas ke fasilitas layanan kesehatan, kurangnya sosialisasi antarteman, serta kurangnya akses ke sekolah dan fasilitas olahraga.

Sependapat dengan Listya, Fransiska menyebut pandemi berdampak terhadap kesehatan fisik remaja. Akibat aktivitas fisik yang kurang, waktu layar berlebih karena saat ini semua serba online, pola tidur yang tidak teratur, serta kebiasaan makan yang berubah dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kardiovaskular.

Penelitian yang dilakukan UNICEF dengan melibatkan 8.444 remaja di sembilan negara pada bulan-bulan pertama pandemi menunjukkan sebanyak 27 persen melaporkan rasa cemas dan 15 persen depresi dalam tujuh hari terakhir. Sebanyak 46 persen responden melaporkan kurang motivasi untuk melakukan kegiatan yang biasanya mereka sukai, 36 persen kurang termotivasi untuk melakukan pekerjaan rutin.

Persepsi tentang masa depan juga telah terpengaruh secara negatif, terutama dalam kasus remaja perempuan yang memiliki dan menghadapi kesulitan tertentu. Sebanyak 43 persen remaja perempuan merasa pesimis tentang masa depan dibandingkan dengan 31 persen remaja laki-laki.

Baca juga: Lima Gangguan Mental yang Kerap Dialami Remaja

Berita terkait

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

2 jam lalu

Doomscrolling Pertama Kali Muncul Pada Awal Pandemi Covid-19, Berdampak bagi Kesehatan Mental

Doomscrolling mengacu pada kebiasaan terus-menerus menelusuri berita buruk atau negatif di media sosial atau internet, sering untuk waktu yang lama.

Baca Selengkapnya

Kasus Persetubuhan Anak hingga Korban Melahirkan dan Depresi Mandek, Kak Seto akan Datangi Polres Tangsel

2 jam lalu

Kasus Persetubuhan Anak hingga Korban Melahirkan dan Depresi Mandek, Kak Seto akan Datangi Polres Tangsel

"Kami akan pertanyakan dulu kenapa ini begitu lama. Karena yang diprihatinkan, polres berbelit-belit," kata Kak Seto.

Baca Selengkapnya

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

1 hari lalu

Dua Kubu Masyarakat Dalam Budaya Olahraga, yang Malas dan Ekstrem

Banyak pula orang yang baru mulai olahraga setelah divonis mengalami penyakit tertentu.

Baca Selengkapnya

Manfaat Olahraga bagi Penderita Diabetes Menurut Pakar

1 hari lalu

Manfaat Olahraga bagi Penderita Diabetes Menurut Pakar

Olahraga seperti mengangkat beban dapat membantu penderita diabetes memperbaiki kondisi kesehatan dan mengurangi obat-obatan.

Baca Selengkapnya

11 Daftar Makanan Ultra Proses atau Makanan Instan yang Membahayakan Kesehatan

2 hari lalu

11 Daftar Makanan Ultra Proses atau Makanan Instan yang Membahayakan Kesehatan

Para ahli lebih menyarankan masyarakat untuk membatasi makanan ultra proses alias makanan instan yang tidak memberikan nutrisi-nutrisi berharga.

Baca Selengkapnya

Ariel Noah Ungkap Rahasia Kesehatan dan Awet Muda

2 hari lalu

Ariel Noah Ungkap Rahasia Kesehatan dan Awet Muda

Ariel Noah membagi rahasianya menjaga kesehatan dan wajah yang awet muda di usia yang sudah menginjak kepala empat.

Baca Selengkapnya

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

3 hari lalu

Kuasa Hukum Ungkap Modus Staf Kelurahan Setubuhi Anak di Bawah Umur hingga Depresi

Kasus persetubuhan anak yang diduga dilakukan oleh Holid, pengurus komite sekolah yang juga staf kelurahan, ini terjadi beberapa tahun silam.

Baca Selengkapnya

Mitos Terkait Serangan Jantung saat Berolahraga dan Faktanya

3 hari lalu

Mitos Terkait Serangan Jantung saat Berolahraga dan Faktanya

Ada sejumlah mitos seputar serangan jantung saat berolahraga yang sebenarnya keliru. Dokter jantung menjelaskan faktanya.

Baca Selengkapnya

Dokter: Pasien Penyakit Jantung Tak Disarankan Olahraga Malam

3 hari lalu

Dokter: Pasien Penyakit Jantung Tak Disarankan Olahraga Malam

Dokter menyarankan penderita jantung tidak olahraga malam, karena kerja jantung jadi lebih berat

Baca Selengkapnya

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

5 hari lalu

Rutin Aktivitas Olahraga, Apa Saja Manfaatnya?

Olahraga bukan hanya tentang membentuk tubuh atau memperkuat otot

Baca Selengkapnya