Demam Lassa, Sekilas Mengenai Gejala dan Virus yang Menginfeksi

Reporter

Tempo.co

Editor

Bram Setiawan

Kamis, 17 Februari 2022 13:19 WIB

Ilustrasi pria sakit demam. shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Di Inggris telah ditemukan orang-orang mengalami demam lassa. Ada tiga orang yang diketahui terinfeksi virus lassa. Satu orang meninggal setelah mengalami demam lassa, pada 11 Februari 2022, seperti dikutip dari The Indian Express.

Penemuan kasus itu biasanya dihubungkan dengan perjalanan berbagai negara di Afrika Barat. Demam lassa ditemukan pertama kali di Nigeria, pada 1969.

Mengutip Infeksi Emerging, Kementerian Kesehatan, penyakit itu tergolong hemoragik atau keluarnya darah dari rongga pembuluh akibat dari infeksi virus lassa. Adapun virus lassa memiliki ribonucleic acid (RNA) sebagai materi genetiknya. Biasanya virus ini berkembang dari tikus mastomys.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tikus mastomys yang terinfeksi virus lassa tidak menjadi sakit. Tapi, tikus akan mengeluarkan virus melalui urine dan feses. Masa inkubasi virus lassa selama 6 hari hingga 21 hari. Ketika seseorang terinfeksi virus lassa, maka akan timbul gejala bertahap. Bermula gejala demam biasa, kelelahan dan lesu.

Setelah gejala awal, selama beberapa hari akan terasa sakit kepala, tenggorokan, nyeri otot dan dada. Ada pula gejala lanjutan mual, muntah, diare, batuk, dan sakit perut. Jika kasus infeksinya parah bisa mengakibatkan pembengkakan wajah dan rongga paru-paru, pendarahan dari mulut, hidung atau saluran pencernaan. Kondisi itu juga menyebabkan tekanan darah rendah.

Advertising
Advertising

Tanda lainnya seperti protein keluar bersama urine. Tanda gejalanya juga termasuk renjatan, gemetar, disorientasi. Tahap yang paling para bisa menyebabkan koma. Seseorang yang terinfeksi demam lassa bisa sembuh antara satu bulan hingga tiga bulan. Gejala yang sudah kadung parah bisa menyebabkan gangguan pendengaran. Selama proses pemulihan akan terjadi kerontokan rambut dan terasa gangguan ketika berjalan.

Gejala demam lassa tidak spesifik, karena mirip beberapa penyakit lain. Apalagi, saat tahap awal gejala, sehingga membutuhkan pengujian laboratorium. Cara memeriksa virus lassa dilakukan dengan beberapa metode, antara lain real time polymerase chain reaction (RT-PCR), uji imunosorben terkait enzim (ELISA) dan tes antigen.

Virus lassa ini belum sepenuhnya terbukti menular langsung antarmanusia melalui darah, urine, feses, maupun cairan tubuh lain. Tak ada bukti juga penularan melalui udara. Sementara diketahui, penularan bisa terjadi di tempat yang banyak tikus mastomys. Tikus ini akan bersarang permukiman padat penduduk yang sanitasinya tidak memadai.

TATA FERLIANA

Baca: Mengenal Demam Lassa, Penyakit yang Disebabkan Virus Lassa

Berita terkait

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

8 hari lalu

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

13 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

14 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

15 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

16 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

20 hari lalu

Tikus Sering Menjadi Hewan Percobaan, Ternyata Ini Alasannya

Biasanya, ketika melakukan penelitian dalam dunia medis, peneliti kerap menggunakan tikus. Lantas, mengapa tikus kerap menjadi hewan percobaan?

Baca Selengkapnya

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

20 hari lalu

Selain Tikus, Inilah 4 Hewan yang Kerap Dijadikan Percobaan Penelitian

Berikut beberapa hewan yang kerap dijadikan hewan percobaan dalam penelitian:

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

21 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

23 hari lalu

Tips Beri Obat Demam pada Anak sesuai Dosis dan Tak Dimuntahkan Lagi

Berikut saran memberikan obat demam pada anak sesuai dosis dan usia serta agar tak dimuntahkan lagi.

Baca Selengkapnya

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

24 hari lalu

Jangan Langsung Beri Parasetamol saat Anak Demam, Ini Waktu yang Disarankan

Parasetamol dapat diberikan ketika suhu anak 38 derajat Celcius ke atas atau sudah merasakan kondisi yang tidak nyaman.

Baca Selengkapnya