Alasan KLB Hepatitis Akut Belum Tentu Jadi Pandemi

Reporter

Antara

Jumat, 6 Mei 2022 14:43 WIB

Ilustrasi hepatitis. Shutterstock

TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan status hepatitis akut bergejala berat pada anak sebagai kejadian luar biasa (KLB) di dunia belum tentu berkembang menjadi pandemi.

"Kalau ada penyakit-penyakit yang agak di luar kebiasaan, itu memang tercatatdi website WHO, namanya Disease Outbreak News (DONs) yang diterjemahkan sebagai KLB," katanya.

Daftar penyakit yang tercantum sebagai KLB di WHO banyak. Sepanjang April 2010 tercatat 10 penyakit yang berkriteria KLB di dunia. Penyakit tersebut di antaranya hepatitis akut berat yang dilaporkan kali pertama 15 April di Inggris dan Irlandia serta 23 April di berbagai negara, ebola di Kongo, encevalitis Jepang di Australia, Salmoneum tifimurium di berbagai negara, kolera di Malawi, malaria di Somalia, demam kuning di Uganda, vaccine derived polio virus (VDPV) tipe 3 di Israel, dan MERS di Arab Saudi.

"Artinya, kalau 10 penyakit KLB per bulan, setahun bisa 100 lebih penyakit yang diumumkan WHO sebagai KLB," katanya.

Ia mengatakan dalam beberapa tahun terakhir baru COVID-19 yang dikriteriakan sebagai pandemi oleh WHO setelah sebelumnya masuk dalam daftar KLB. Status suatu penyakit dapat meningkat sebagai pandemi bila memenuhi sejumlah barometer WHO, di antaranya pembahasan Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (PHEIC).

Advertising
Advertising

"Kalau PHEIC sudah terjadi, maka diamati lagi, baru kemudian diputuskan menjadi pandemi," jelas mantan Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit Kemenkes RI itu.

Sejumlah kriteria status pandemi adalah jenis penyakit merupakan yang terbaru, bergejala berat, penyebaran penyakit terjadi lintas benua, dan menimbulkan masalah kesehatan yang berarti.

"Jadi kriteria pandemi tidak diukur berdasarkan banyaknya angka kasus yang terjadi," ujarnya.

Pernyataan KLB hepatitis akut bergejala berat pada anak di bawah umur 16 tahun oleh WHO agar masyarakat waspada dan meningkatkan upaya mitigasi sehingga tidak berpeluang mewabah.

"Jangan karena hepatitis akut bergejala berat ini tertulis di DONs kemudian orang berpikir bahwa ini sesuatu yang sangat istimewa dan pasti menjadi besar. Belum tentu," katanya.

Status KLB pada penyakit di dunia terdiri atas dua kriteria, yakni karakter penyakit yang sudah jelas seperti Malaria, Mers, dan lainnya. Berikutnya adalah penyakit yang belum jelas secara karakteristik tapi telah muncul di tengah masyarakat. Terkait tiga kasus meninggal di Jakarta diduga hepatitis akut berat, Tjandra tidak setuju jika kasus itu dikriteriakan sebagai probable sebab belum ada diagnosa laboratorium yang menyatakan kasus itu negatif hepatitis A, B, C, D atau E.

"Hepatitis ini belum ada konfirmasinya, karena kita belum tahu sebabnya apa. Status probable itu kalau Hepatitis pada anak di bawah 16 tahun yang hepatitis A sampai E-nya tidak ketemu. Tiga kasus di Indonesia belum probable," katanya.

Dalam rekomendasi penanganan pasien hepatitis akut bergejala berat yang diterbitkan Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) per 5 April 2022 juga disebutkan saat ini pemeriksaan hepatitis D dan E belum tersedia secara luas di Indonesia sehingga skrining awal hanya dilakukan pada hepatitis A, B dan C.

"KLB ini lebih pada kecurigaan sehingga kita perlu waspada. Sejak 2020, yang saat ini menjadi pandemi cuma satu (COVID-19) padahal yang KLB sudah ratusan," jelasnya.

Untuk itu masyarakat diimbau untuk tidak panik berlebihan menghadapi hepatitis akut berat di Tanah Air. Namun kewaspadaan secara dini perlu terus ditingkatkan.

Baca juga: Cegah Hepatitis Akut Misterius dengan Cuci Tangan dan Makanan Bersih

Berita terkait

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

2 hari lalu

Wamenkeu: Tingkat Pengangguran 2024 Turun, Lebih Rendah dari Sebelum Pandemi

Wamenkeu Suahasil Nazara mengungkapkan, tingkat pengangguran 2024 telah turun lebih rendah ke level sebelum pandemi Covid-19.

Baca Selengkapnya

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

7 hari lalu

Vaksin AstraZeneca Tidak Diedarkan Lagi di Dunia, Begini Dampaknya untuk Indonesia

Epidemiolog menilai penarikan stok vaksin AstraZeneca dari pasar global tak berpengaruh terhadap penanganan Covid-19 saat ini.

Baca Selengkapnya

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

7 hari lalu

Alasan Perusahaan Tutup Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta

Tutupnya pabrik sepatu Bata di Purwakarta untuk menjaga kelangsungan bisnis jangka panjang usai merugi selama pandemi

Baca Selengkapnya

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

11 hari lalu

Pabrik Sepatu Bata Tutup, Aprisindo: Pengetatan Impor Mempersulit Industri Alas Kaki

Asosiasi Persepatuan Indonesia menanggapi tutupnya pabrik sepatu Bata. Pengetatan impor mempersulit industri memperoleh bahan baku.

Baca Selengkapnya

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

12 hari lalu

Apa Saja Imunisasi yang Wajib Diberikan kepada Bayi Berusia 1-2 Bulan?

Bayi wajib melakukan imunisasi untuk mencegah bahaya kesehatan, terutama ketika berusia 1-2 bulan. Lantas, apa saja jenis imunisasi yang wajib dilakukan bayi?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

12 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

20 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca-Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Pasca-Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

23 hari lalu

Pasca-Pandemi, Gaya Belanja Offline Tetap Digemari Masyarakat

Riset menyatakan bahwa preferensi konsumen belanja offline setelah masa pandemi mengalami kenaikan hingga lebih dari 2 kali lipat.

Baca Selengkapnya

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

37 hari lalu

WHO: Virus Hepatitis Sebabkan 3,5 Ribu Orang Meninggal Setiap Hari

Hepatitis B menyebabkan 83 persen kematian dan hepatitis C menyumbang 17 persen di dunia.

Baca Selengkapnya

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

45 hari lalu

Restrukturisasi Kredit Covid-19 Resmi Berakhir, BRI Optimistis Tak Berdampak Signifikan pada Kinerja

BRI tetap optimistis atas keputusan OJK untuk menghentikan stimulus restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

Baca Selengkapnya