Getol Main Media Sosial? Tilik Kaitannya dengan Kesehatan Mental, Depresi
Reporter
Tempo.co
Editor
Dwi Arjanto
Selasa, 17 Mei 2022 19:23 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Dewasa ini media sosial menjadi salah satu hal yang sulit dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Terlebih saat pandemi Covid-19 pembatasan kegiatan sosial, interaksi masyarakat beralih ke media sosial.
Berdasarkan data dari We Are Social per awal 2022, jumlah pengguna media sosial sebanyak 191 juta orang. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi gangguan kesehatan mental seperti yang juga naik.
Angka-angka Gangguan Mental
Mengutip dari Sehatnegeriku.kemkes.go.id, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, terdapat lebih dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi.
Berdasarkan penelitian dari Pew Research Center, 69% orang dewasa dan 81% remaja di Amerika Serikat menggunakan media sosial dan menempatkan sejumlah besar populasi pada peningkatan risiko merasa cemas dan depresi saat menggunakan media sosial.
Penggunaan media sosial saat pandemi, diungkapkan oleh Dr. Tonya Crozz Hansel, Direktur program DSW di Tulane University School of Social Work dalam Mary Ann Liebert yang dikutip dari Antara News memang memiliki manfaat positif saat pandemi tetapi juga memperburuk efek negatif media sosial yang ada sebelumnya.
Puasa Media Sosial Bisa Kurangi Depresi
Dalam penelitian dengan 154 user media sosial menunjukkan jika tidak menggunakan media sosial setidaknya dalam satu minggu dapat mengurangi kecemasan, depresi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Seperti yang dikatakan Hansel, beberapa pengguna media sosial seperti Twitter, Instagram, TikTok dan Facebook merasa suasana hatinya memburuk setelah menggunakan media sosial. Hal tersebut mengindikasikan perlunya jeda atau istirahat dalam menggunakannya.
Selanjutnya: Beberapa hal yang dapat memicu depresi...
<!--more-->
Beberapa hal yang dapat memicu depresi dan kecemasan, seperti yang diungkapkan dalam Mcleanhospital.org. media sosial juga digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan harga diri atau “panjat sosial” dengan konten yang terus dibandingkan dengan pengguna lain, seperti perbandingan likes dan komentar.
Cemas FOMO, Apa Itu?
Tak hanya itu fear of missing out atau FOMO juga berperan dalam meningkatkan kekhawatiran pengguna media sosial.
Kondisi seseorang takut tidak mengetahui dan mengikuti apa yang terjadi dapat memengaruhi pikiran dan perasaan bahkan secara fisik terpengaruh.
Mengutip dari Lancastergeneralhealth.org, perlu untuk mengenali tanda dari depresi akibat media sosial terutama dalam diri sendiri untuk mencoba mengurangi intensitas penggunaan media sosial.
Tanda tersebut meliputi merasa kesepian, terlalu banyak menggunakan media sosial dibanding berinteraksi secara langsung, membandingkan dengan orang lain yang ada di media sosial, bullying online, merasa paling menderita dan tidak merawat diri sendiri seperti kurang tidur dan tidak melakukan aktivitas.
Untuk mengatasi hal tersebut disarankan untuk secara perlahan mengurangi screen time penggunaan media sosial, meluangkan waktu untuk bertemu orang lain dan keluar untuk olahraga serta mencoba menjadi relawan.
Jika masih belum dapat mengendalikan diri untuk menjauhi media sosial dan terus merasa cemas dapat meminta bantuan profesional untuk memperoleh tindakan dan perawatan yang tepat.
TATA FERLIANA
Baca juga : Dampak Positif dan Negatif Remaja Main Media Sosial
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.