Mengenal HER2-Positif, Jenis Kanker Payudara yang Lebih Cepat Menyebar

Reporter

Antara

Jumat, 21 Juli 2023 17:07 WIB

Ilustrasi kanker payudara. Shutterstock.com

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar onkologi dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, DR. Dr. Andhika Rachman, SpPDKHOM, mengatakan kanker payudara HER2-positif merupakan jenis yang lebih agresif dan lebih cepat menyebar. Kanker payudara HER2-positif merupakan jenis di mana pasien dinyatakan positif protein yang disebut human epidermal growth factor receptor 2 (HER2).

"Memang pada pasien-pasien dengan HER2-positif itu berisiko tinggi. Begitu dia didiagnosis berisiko tinggi untuk jadi advanced," kata Andhika.

Andhika menjelaskan HER2 terdapat di permukaan sel yang berfungsi untuk pertumbuhan dan penyebaran sel. Namun, apabila jumlah HER2 terlalu banyak dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker yang cepat dan tidak terkendali.

"Pada sel kanker HER2-positif maka sel kanker menjadi lebih agresif dan menyebar dengan cepat," ujarnya.

Andhika menyebut kanker payudara HER2-positif ditemukan pada 15–20 persen dari kanker payudara dan memiliki prognosis atau perjalanan penyakit yang buruk.

Advertising
Advertising

"Enggak tanggung-tanggung, memang metastasisnya itu targetnya adalah di otak. Itu pada yang MBC (metastatic breast cancer) yang HER2-positif," paparnya.

Kanker payudara HER2-positif dapat dikatakan jenis kanker payudara terberat kedua. Sementara jenis triple-negatif, dengan reseptor estrogen atau progesteron serta HER2 negatif, merupakan jenis kanker payudara yang terberat.

"Dia (kanker payudara triple-negatif) kemungkinan risiko untuk muncul kembali dalam dua tahun itu bisa," ujar Andhika.

Sulit diprediksi
Kemunculan kanker payudara jenis HER2-positif sulit diprediksi, bahkan pemeriksaan tak cukup hanya meraba benjolan fisik. Pasien harus melalui rangkaian pemeriksaan, termasuk CT scan, biopsi, hingga imunohistokimia. Dengan proses perburukan yang cukup tinggi pada HER2-positif, Andhika menekankan pentingnya pengobatan yang tidak hanya pada kemoterapi tapi juga terapi antibodi monoklonal. Hasil pengobatan yang mengkombinasikan kemoterapi dan antibodi monoklonal jauh lebih baik dibanding kemoterapi saja.

"Terus terang, berbeda signifikan antara mereka yang mendapatkan (antibodi monoklonal) anti-HER2 dan tanpa anti-HER2," tuturnya.

Namun pemberian antibodi monoklonal pada pasien berupa infus pertuzumab dan trastuzumab dapat memakan waktu cukup lama hingga 150 menit. Hal ini menjadi tantangan tersendiri karena biaya atau bentuk pengorbanan yang lebih besar oleh pasien.

"Tentu butuh sumber daya dan yang paling besar adalah biaya, biaya tunggu dan untuk di rumah sakitnya," tandasnya.

Pilihan Editor: Sarah Ferguson Didiagnosis Kanker Payudara tanpa Merasakan Gejala

Berita terkait

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

1 hari lalu

Raja Charles III Ungkap Efek Samping Setelah Pengobatan Kanker

Raja Charles III sempat berbagi pengalaman dengan veteran Angkatan Darat yang menderita kanker

Baca Selengkapnya

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

3 hari lalu

Pengukuhan Edi Suharyadi sebagai Guru Besar FMIPA UGM, Paparkan Hipertermia Magnetik untuk Penyakit Kanker

UGM mengukuhkan Edi Suharyadi sebagai guru besar aktif FMIPA UGM ke-42.Ini profil dan pidato pengukuhannya soal perkembangan riset bidang nanomaterial

Baca Selengkapnya

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

3 hari lalu

Mengenal Melanoma, Penyakit yang Sebabkan Bob Marley Meninggal 43 Tahun Lalu

Musisi Bob Marley meninggal dunia karena penyakit melanoma. Apa itu? Bagaimana cara mencegahnya?

Baca Selengkapnya

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

10 hari lalu

10.000 Warga Palestina Hilang di Gaza, 210 Hari Sejak Serangan Israel Dimulai

Sejauh ini, 30 anak telah meninggal karena kelaparan dan kehausan di Gaza akibat blokade total bantuan kemanusiaan oleh Israel

Baca Selengkapnya

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

11 hari lalu

Peneliti Unair Temukan Senyawa Penghambat Sel Kanker, Raih Penghargaan Best Paper

Peneliti Unair berhasil mengukir namanya di kancah internasional dengan meraih best paper award dari jurnal ternama Engineered Science.

Baca Selengkapnya

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

12 hari lalu

Pasien Kanker Minim Pengetahuan Akibat Waktu Konsultasi Terbatas

Waktu konsultasi yang terbatas menyebabkan pasien kanker sering merasa bingung untuk memahami betul penyakitnya.

Baca Selengkapnya

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

14 hari lalu

Imigran Laos Pengidap Kanker Menangi Lotere Jackpot AS Sebesar Rp21 Triliun

Pemenang lotere jackpot bersejarah Powerball Amerika Serikat senilai lebih dari Rp21 triliun adalah seorang imigran dari Laos pengidap kanker

Baca Selengkapnya

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

15 hari lalu

Cara Mengendalikan Nyeri pada Pasien Kanker Menurut Dokter

Dokter menjelaskan cara mengendalikan nyeri pada pasien kanker. Berikut yang perlu dilakukan.

Baca Selengkapnya

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

17 hari lalu

Raja Charles III Siap Kembali Bertugas

Raja Charles III sudah mendapat izin dari tim dokter untuk kembali bertugas setelah menjalani pengobatan kanker.

Baca Selengkapnya

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

21 hari lalu

Gaya Hidup Kebaratan Bikin Kasus Kanker pada Orang Muda Meningkat

Gaya hidup tidak sehat dan cenderung kebarat-baratan memicu pasien kanker usia muda semakin banyak.

Baca Selengkapnya