Kenali Gejala dan Faktor Risiko Mycoplasma Pneumoniae

Jumat, 8 Desember 2023 12:00 WIB

Ilustrasi pneumonia. Foto : Radiopaedia

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ngabila Salama, mengimbau warga Jakarta untuk memakai masker seiring penemuan kasus infeksi mycoplasma pneumoniae.

Ngabila menjelaskan, bakteri mycoplasma pneumoniae atau walking pneumonia adalah penyebab infeksi saluran napas yamg sudah sering ditemukan, bukan termasuk hal baru. Bakteri ini menular lewat droplet dari percikan dahak, batuk, dan kontak erat serta lama.

“Masa inkubasi dari terpaparnya bakteri ini sampai muncul gejala pertama kali berkisar antara 1-4 minggu atau 2-3 minggu,” ucap Ngabila pada Rabu, 6 Desember 2023.

Biasanya, gejala umum dari mycoplasma pneumoniae sebagai berikut:

  • Sakit tenggorokan
  • Merasa lelah
  • Demam
  • Batuk yang memburuk secara perlahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan
  • Sakit kepala

Dilansir dari cdc.gov, anak-anak di bawah 5 tahun yang terkena infeksi mycoplasma pneumoniae dapat memiliki gejala berbeda dari anak-anak dengan usia lebih tua dan orang dewasa. Anak-anak di bawah 5 tahun akan mengalami gejala berikut:

  • Bersin
  • Hidung tersumbat atau berair
  • Sakit tenggorokan
  • Mata berair
  • Mengi
  • Muntah
  • Diare
Advertising
Advertising

Gejala mycoplasma pneumoniae berbeda dari pneumonia khas yang disebabkan oleh bakteri umum, seperti streptococcus dan haemophilus. Infeksi ini akan memiliki gejala yang hampir sama dengan penyakit pernapasan atas atau flu biasa daripada dengan pneumonia. Batuk kering menjadi gejala infeksi yang paling umum. Selain itu, gejala lain yang mungkin ditimbulkan dari pneumonia mycoplasma adalah sesak napas dengan intensitas ringan.

Pada kasus yang jarang terjadi, mycoplasma pneumoniae dapat menjadi berbahaya dan merusak jantung atau sistem saraf pusat, seperti:

  • Radang sendi
  • Perikarditis yang membuat peradangan pada perikardium mengelilingi jantung
  • Sindrom guillain-barré, gangguan neurologis menyebabkan kelumpuhan dan kematian
  • Ensefalitis, peradangan otak yang berpotensi mengancam jiwa
  • Gagal ginjal
  • Anemia hemolitik
  • Kondisi kulit langka dan berbahaya, seperti sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik
  • Masalah telinga langka, seperti myringitis bullosa.

Dikutip dari Healthline, gejala tersebut dapat semakin parah ketika seseorang memiliki faktor risiko lebih besar terkena mycoplasma pneumoniae. Sistem kekebalan tubuh dapat melawan virus ini pada banyak orang dewasa yang sehat sebelum tumbuh menjadi infeksi. Adapun seseorang yang paling berisiko mengalami infeksi ini yaitu:

  • Orang dewasa yang lebih tua
  • Riwayat penyakit yang membahayakan sistem kekebalan, seperti HIV, steroid kronis, imunoterapi, atau kemoterapi
  • Riwayat penyakit paru-paru
  • Riwayat penyakit sel sabit (sel darah menjadi abnormal)
  • Anak-anak di bawah usia 5 tahun.

ADVIST KHOIRUNIKMAH | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

Pilihan Editor: Pernah Digunakan untuk Covid-19, Azithromycin Bisa Atasi Infeksi Mycoplasma Pneumoniae

Berita terkait

Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

4 hari lalu

Bukan Karena Jarang Sikat Gigi, Ini 4 Penyebab Bau Mulut yang Mengganggu

Bau mulut sangat mengganggu. Simak 4 penyebab bau mulut lain yang terjadi bukan karena jarang sikat gigi.

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

10 hari lalu

Pakar Ingatkan Gejala Lupus pada Anak yang Bisa Lebih Parah dari Dewasa

Dokter anak menjelaskan gejala penyakit lupus pada anak umumnya lebih gawat dibanding pada orang dewasa.

Baca Selengkapnya

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

14 hari lalu

Gejala Baru pada Pasien DBD yang Dialami Penyintas COVID-19

Kemenkes mendapat beberapa laporan yang menunjukkan perubahan gejala pada penderita DBD pascapandemi COVID-19. Apa saja?

Baca Selengkapnya

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

16 hari lalu

Ibu Hamil Konsumsi Paracetamol, Apa yang Perlu Jadi Perhatian?

Ibu hamil mengonsumsi paracetamol perlu baca artikel ini. Apa saja yang harus diperhatikan?

Baca Selengkapnya

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

17 hari lalu

Vaksinasi Masih Jadi Tantangan, Banyak Orang Termakan Mitos Keliru

Masih ada warga yang menganggap vaksinasi dapat menyebabkan kematian sehingga pelaksanaannya masih sering menemui kendala.

Baca Selengkapnya

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

17 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

17 hari lalu

Punya Efek yang Parah, Bisakah Penyakit Lyme Disembuhkan?

Bisakah penyakit Lyme akibat gigitan serangga disembuhkan? Tentu saja asal tak terlambat diobati karena komplikasinya beragam.

Baca Selengkapnya

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

17 hari lalu

Jangan Beri Anak Parasetamol setelah Imunisasi, Ini Alasannya

Jangan memberi obat penurun demam seperti parasetamol saat anak mengalami demam usai imunisasi. Dokter anak sebut alasannya.

Baca Selengkapnya

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

20 hari lalu

Kenali Gejala Imunodefisiensi yang Mengganggu Kesehatan Anak

Masyarakat diminta mewaspadai imunodefisiensi pada anak bila ditemui gejala berikut. Simak penjelasan pakar kesehatan anak.

Baca Selengkapnya

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

22 hari lalu

IDAI Anjurkan Pemberian Parasetamol Anak Saat Demam Suhunya 38 Derajat ke Atas, Alasannya?

Hal ini karena saat anak mengalami kenaikan suhu tubuh saat demam sebenarnya sistem imun sedang memerangi virus dan bakteri.

Baca Selengkapnya