Mengapa Tidak Boleh Mengisi Ulang Botol Air Minum Kemasan?

Editor

Nurhadi

Kamis, 4 Januari 2024 10:59 WIB

Ilustrasi Botol Air Mineral (2)

TEMPO.CO, Jakarta - Mengisi ulang botol air minum kemasan plastik telah menjadi kebiasaan umum bagi banyak orang. Namun tindakan ini sebenarnya memiliki dampak negatif yang signifikan, mulai dari kontaminasi hingga pencemaran lingkungan

Apa bahayanya?

Dilansir dari Verywell Fit, mengisi ulang botol air minum kemasan dapat menyebabkan kontaminasi bakteri dan bahan kimia berbahaya. Botol plastik tidak dirancang untuk digunakan ulang. Penggunaan berulang dapat menyebabkan keretakan dan kebocoran zat berbahaya ke dalam air minum.

Dikutip dari WebMD, penggunaan ulang botol air minum plastik dapat meningkatkan risiko paparan bahan kimia berbahaya seperti antimon dan bisfenol A (BPA), yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.

Mengisi ulang botol air minum sekali pakai juga dapat menyebabkan fragmenasi plastik yang merusak lingkungan. Proses pengisian ulang dan pencucian botol dapat menyebabkan kerusakan pada plastik, yang pada gilirannya dapat mencemari lingkungan dan berdampak negatif pada kehidupan laut dan organisme lainnya.

Advertising
Advertising

Apa yang harus dilakukan?

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi bahaya mengisi ulang air minum kemasan. Pertama, sebaiknya hindari mengisi ulang botol air minum sekali pakai. Lebih baik menggunakan wadah air minum yang dirancang ulang dan aman untuk digunakan berulang kali.

Selain itu, pastikan untuk membersihkan wadah air minum secara teratur dengan menggunakan sabun dan air hangat untuk mengurangi risiko kontaminasi. Selanjutnya, penting untuk memperhatikan jenis plastik yang digunakan untuk wadah air minum.

Hindari menggunakan wadah yang terbuat dari plastik berkode "1" (PET atau PETE) dan "7" (BPA). Sebaliknya, pilihlah wadah yang terbuat dari plastik berkode "2" (HDPE), "4" (LDPE), atau "5" (PP), yang lebih aman untuk digunakan ulang.

Rekomendasi wadah yang aman

Dilansir dari Eco-Business, ada beberapa pilihan wadah air minum yang aman dan ramah lingkungan. Wadah stainless steel dan aluminium adalah pilihan yang baik karena tahan lama dan dapat digunakan berulang kali tanpa risiko kontaminasi. Wadah air minum kaca juga merupakan pilihan yang aman karena tidak mengandung bahan kimia berbahaya yang dapat bocor ke dalam air minum.

Di samping itu, alternatif lainnya adalah wadah air minum berbahan dasar bioplastik atau stainless steel yang dapat diisi ulang. Wadah-wadah ini ramah lingkungan dan dapat digunakan berulang kali tanpa risiko kontaminasi atau fragmenasi plastik.

Dengan memperhatikan bahaya mengisi ulang air kemasan dan rekomendasi wadah yang aman, kita dapat mengurangi dampak negatif pada kesehatan dan lingkungan. Dengan memilih wadah yang aman dan menghindari penggunaan ulang botol air minum plastik sekali pakai, kita dapat berkontribusi pada upaya pelestarian lingkungan dan menjaga kesehatan kita.

Pilihan Editor: Mikroplastik Dibalik Kemasan Botol dan Gelas Plastik

Berita terkait

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

13 hari lalu

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

Baca Selengkapnya

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

13 hari lalu

68 Tahun Lalu Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Hari ini, 68 tahun lalu, Jepang menemukan penyakit epidemi yang disebut Minamata. Apa penyebabnya?

Baca Selengkapnya

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

18 hari lalu

Kandungan Plastik dalam Makanan dan Minuman: Dampak Kesehatan dan Cara Kurangi Konsumsi Mikroplastik

Penelitian menunjukkan bahwa hampir semua makanan kita mengandung mikroplastik, dalam bentuk apa saja? Apa bahaya bagi kesehatan?

Baca Selengkapnya

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

30 hari lalu

Pakar Ingatkan Bahaya Main Ponsel di Toilet

Penelitian menyebut kebiasaan main ponsel di toilet tentu saja tidak baik karena membuat tubuh lebih mudah terpapar bakteri dan kuman berbahaya.

Baca Selengkapnya

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

43 hari lalu

Awas, Ini Tempat yang Diklaim Paling Berkuman di Kantor

Beberapa titik bisa menjadi tempat berkumpulnya kuman dan bakteri di kantor sehingga Anda harus selalu menjaga kebersihan diri setelah menyentuhnya.

Baca Selengkapnya

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

48 hari lalu

Leptospirosis Penyakit Langganan Musim Hujan, Seberapa Berbahaya?

Leptospirosis adalah penyakit yang kerap muncul setiap musim hujan, terutama di daerah yang rawan banjir dan genangan air. Seberapa berbahaya?

Baca Selengkapnya

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

48 hari lalu

Alasan Pengobatan TBC pada Anak Harus Tuntas

Anak penderita TBC harus menjalani pengobatan sampai tuntas agar bakteri penyebab infeksi bisa dibasmi sampai habis.

Baca Selengkapnya

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

27 Februari 2024

Bekukan Celana Jins untuk Usir Bakteri dan Bau tanpa Dicuci, Mitos atau Fakta?

Membekukan celana jins di dalam freezer diklaim bisa membuatnya segar dan bebas bau tak sedap tanpa perlu dicuci. Bagaimana faktanya?

Baca Selengkapnya

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

25 Februari 2024

Bikin Tubuh Kesulitan Menyerap Nutrisi dari Makanan, Kenali Penyakit Whipple

Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pemecahan makanan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi.

Baca Selengkapnya

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

21 Februari 2024

Guru Besar FK UI Erlina Burhan Tawarkan SIG untuk Deteksi Kasus Aktif Tuberkulosis di Indonesia

Erlina Burhan paparkan bahasan penanganan tuberkulosis di pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar FK UI. Ia tawarkan SIG untuk deteksi TB.

Baca Selengkapnya