TEMPO.CO, Jakarta - Kerajinan koin-koin kepeng (dalam bahasa Bali, Jinah Bolong) tidak hanya menjadi benda buruan untuk dikoleksi saja. Karena di Desa Kamasan, Klungkung – Bali, mata uang kuno peninggalan masyarakat Cina ini digunakan sebagai bahan baku dekoratif interior dan keperluan ibadah masyarakat Hindu.
Sebagai salah satu pelopor kerajinan uang kepeng, tidak sulit bagi KamasanBali milik I Made Sukma Swacita untuk memberikan sedikit gambaran bagaimana seni kerajinan ini bermula.
Koin Kepeng sendiri merupakan mata uang bangsa Cina. Oleh Raja Bali yang saat itu berkuasa, alat pembayaran ini dijadikan bagian penting dalam kehidupan sakral keagamaan masyarakatnya. Keinginan untuk tetap melestarikan keberadaan koin kepeng inilah yang mendorong masayarakat desa Kamasan menciptakan kerajinan Jinah Bolong.
Kini uang kepeng kuno yang asli sangat sulit diperoleh. Koin kuno bahan baku Jinah Bolong Kamasan Bali berasal dari peleburan kimiawi 5 logam (dikenal sebagai panca datu) bekas peralatan rumah tangga yaitu emas, perak, tembaga, kuningan dan besi.
Khusus untuk koin berwarna hitam, koin kuning yang telah jadi harus melewati satu tahapan akhir berupa pencampuran dengan menambahkan soda api dan belerang, sebelum diamplas. Keseluruhan proses ini relatif singkat, hanya memakan waktu 1-2 hari.
Pelestarian yang dimulai pada 2004 ini telah mendapat pengakuan pemerintah. Secara berturut-turut dalam kurun waktu 2008-2009, kerajinan Jinah Bolong KamasanBali mendapat penghargaan Paramakarya, Upakarti dan Kreasi Prima Mutu..(Baca :Baru, Parfum Wangi Leher Kucing, Seperti Apa Baunya?)
Dengan diraihkan 3 penghargaan ini, kerajinan Jinah Bolong tidak perlu diragukan baik dari segi kualitas dan kuantitas. Sehingga pantas dijadikan sebuah mahakarya daerah yang menjadi kebanggaan di dalam negeri sendiri.
