TEMPO.CO, Jakarta - Perhelatan akbar Asian Games 2018 akan dilaksanakan pada 18 Agustus–2 September 2018 di Jakarta dan Palembang. Untuk menyambut acara tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) ikut dalam persiapan tenaga medis maupun fasilitas medis untuk pertandingan Asian Games 2018 di kedua kota.
Baca juga:Asian Games 2018: No Medical No Games, Apa Artinya?
Kemenkes menyediakan 25 unit ambulans ICU yang menyediakan fasilitas pelayanan medis di dalamnya sehingga fungsinya tidak hanya sebagai transportasi. Menurut ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Emergency Indonesia, Bobi Prabowo, ambulans tersebut berfungsi untuk menangani kegawatan yang mengancam nyawa. “Di situ (ambulans) ada perlengkapan, ventilator, defibrilator, dan monitor. Dilengkapi oleh dokter dan perawat yang saat ini sudah kita latih terus,” ujar Bobi dalam acara Refreshing Workshop Emergency in Sport Event, Jakarta, pada Senin, 2 April 2018.
Sejumlah tenaga kesehatan mensimulasikan tindakan medis di dalam ambulans saat Simulasi Emergency In Sports Events Asian Games 2018 di gedung Kemenkes, Jakarta, 4 April 2018. Sebanyak 1.400 tenaga medis yang disiapkan Kemenkes itu termasuk 407 dokter, 813 perawat, dan 108 fisioterapis. TEMPO/M Taufan Rengganis
Ia menjelaskan, ambulans tersebut dirancang khusus untuk mengoptimalkan tindak penyelamatan sebelum pasien sampai di rumah sakit. Contohnya, tinggi mobil mencapai 2 meter untuk memaksimalkan tindakan CPR. Kemudian, tabung oksigen memiliki pengaman sehingga dipastikan akan tetap berada di dalam lemari tidak terlempar ke luar.
Baca: Asian Games 2018 : 5 Makanan yang Harus Dihindari Para Atlet
Kemudian, dokter maupun perawat dapat melakukan tindakan untuk airway, breathing, dan sirkulasi di dalam ambulans. Alat-alat untuk menunjang tindakan tersebut terpasang rapi di sebelah tempat pasien akan dibaringkan dalam ambulans. Dua kursi berwana oranye putih untuk tenaga medis pun ditempatkan di atas kepala pasien dan di sampingnya. “Standarnya diharapkan mendekati fasilitas UGD. Minimal nanti ada dua perawat dan satu dokter. Kalau derajatnya tinggi, bisa saja ada dokter ahli. Contohnya seperti kasus henti jantung,” ujar Bobi saat mengajak awak media untuk melihat kondisi ambulans.
Tampak luar ambulans ICU Kemenkes RI di gedung Kemenkes RI, Kuningan, Jakarta Selatan pada Kamis, 4 April 2018 (TEMPO-Magnulia Semiavanda)
Dengan adanya fasilitas ini di Asian Games 2018, diharapkan ambulans tidak lagi dianggap sebagai sarana transportasi untuk pasien saja. Akan tetapi, bisa dilakukan penanganan untuk menghilangkan jeda waktu yang terbuang saat mengantar pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit. “Harusnya tidak boleh ada jeda dari lapangan ke UGD. Jadi, penanganan dari lokasi kejadian sampai penanganan di ambulans itu rentetannya nyambung,” jelas Bobi.
MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA