TEMPO.CO, Bandung - Kini tak ada lagi alasan tak bisa kuliah karena jarak jauh dan tak punya biaya. Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggagas perkuliahan jarak jauh mulai 2018 di 80 perguruan tinggi negeri dan swasta.
Menteri Mohamad Nasir mengatakan program baru yang disebut itu bisa menekan biaya kuliah. “Biaya bisa ditekan 50 persen, misal SPP Rp 5 juta menjadi Rp 2,5 juta,” katanya di Bandung usai acara peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2018.
Baca juga:
Kisah Pendidikan Dokter Jawa dan Sekolah Tabib, Apa Hubungannya?
Hari Pendidikan Nasional: Anak Tak Aman di Sekolah? Ini Faktanya
Jangan Sembarang Konsumsi Obat Pereda Sakit, Ginjal Taruhannya
Sistem kuliah jarak jauh yang diberi nama Spada (Sistem Pembelajaran Daring) ini bakal berjalan tanpa kelas, namun mahasiswa dan dosen bisa berinteraksi langsung lewat jaringan khusus. Kementerian akan menjamin mutu konten, proses belajar, evaluasi, hingga mutu lulusannya.
Direktorat Jenderal Pembelajaran Mahasiswa akan menyiapkan 1.500 modul belajar online yang terbuka dan bisa diakses gratis. Hibah untuk program itu sebesar Rp 3 miliar dari pemerintah ke perguruan tinggi yang menyiapkan IdREN. Saat ini tercatat 80 perguruan tinggi yang terlibat dalam jaringan.
Menurut Nasir, sistem ini akan memudahkan dan meringankan warga untuk kuliah. Latar gagasan itu terkait dengan angka partisipasi kasar (APK) 31,5 persen. Sisanya belum kuliah. “Potensi itu yang belum digunakan,” ujar Nasir.
Tidak semua program akan menerapkan kuliah jarak jauh. Di perguruan tinggi negeri program S1 misalnya, perkuliahan tetap berlangsung tatap muka di kelas. “Mahasiswa jalur SBMPTN tetap face to face, kuliah online pada program lain,” katanya. Program itu misalnya untuk pasca sarjana seperti yang akan diterapkan di Universitas Padjadjaran.