TEMPO.CO, Jakarta - Kram otot bisa menyerang siapa saja, terutama mereka yang terlalu banyak berolahraga atau kurang pemanasan sebelum berolahraga.
Baca juga:
Sebentar Lagi Buka Puasa, Intip Menu Berbuka dari 5 Negara Ini
Baju Koko, Busana Muslim dari Arab atau Cina? Intip Sejarahnya
"Tubuh punya alarm sendiri, yaitu nyeri. Segera berhenti atau istirahat dan berikan es (pada bagian yang kram)," kata dia dalam diskusi media soal "Cedera Akibat Olahraga" di Jakarta, Senin 21 Mei 2018.
Selanjutnya, menurut dia, orang yang mengalami kram otot bisa kembali melakukan jenis olahraga yang ditekuni setelah istirahat beberapa hari.
"Mulai dengan intensitas rendah. Kalau masih sakit biarkan, tubuh beradaptasi. Tetapi kalau nyeri menetap, konsultasikan ke dokter," kata Iman.
Ilustrasi wanita mengenakan celana jeans ketat. AP/Alastair Grant
Iman menjelaskan kram otot terjadi karena adanya kontraksi otot yang tak diinginkan dan kondisi ini terjadi terus menerus. Tanpa ada proses relaksasi, kondisi ini akan memunculkan nyeri.
Baca: Jangan Remehkan Mimisan, 2 Penyakit Serius Ini Mungkin Mengintai
Kontraksi otot yang tidak diinginkan yang terjadi terus menerus bisa muncul karena olahraga berlebihan, dehidrasi, kekurangan elektrolit atau vitamin, otot yang memang kaku karena kurang pemanasan sebelum olahraga dan gangguan sirkulasi darah, salah satunya karena pemakaian baju atau celana ketat.
"Normalnya proses kontraksi otot ada gerakan penangkapan dan pelepasan, dipengaruhi ion-ion seperti kalsium, potasium. Flow-nya dipengaruhi aliran darah. Orang yang dehidrasi elektrolitnya berkurang, penangkapan dan pelepasan otot berkurang," jelas Iman.