Sementara itu, psikolog Dedy Susanto mengatakan konseling pranikah harus mendapatkan prioritas karena ini merupakan imun bagi pasangan dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang terjadi di dalam pernikahan.
Di dalam proses konseling tersebut, konselor akan mendiagnosis kecocokan pasangan yang akan menikah. Akan ada sejumlah aspek yang mendapatkan perhatian dalam proses konseling tersebut.
Pertama, mengenai kesiapan mental dari pasangan untuk menikah. Apakah keduanya sudah siap dalam mengatur emosi atau ego nya masing-masing, terutama dalam menghadapi berbagai konflik atau ketidakcocokan. Jika dirasa belum siap, keduanya harus melakukan berbagai pembenahan diri.
Kedua, menganalisa kepribadian dari masing-masing pasangan. Dari analisa ini akan diketahui berbagai hal tersembunyi dari pasangan yang selama ini tidak disadari karena yang didiagnosis adalah kondisi alam bawah sadar. Apakah pasangan memiliki potensi melakukan kekerasan, perselingkuhan, atau memiliki orientasi seksual menyimpang.
Ketiga, melakukan observasi mengenai perasaan masing-masing pasangan. Apakah keduanya saling mencintai atau tidak. Hal tersebut akan terbaca dari bahasa tubuh, terutama micro expression.
Baca: Selain Crazy Rich Asians, Ini Film tentang Pasangan Beda Kasta
“Menikah itu jangan hanya modal nekat, perlu adanya ikhtiar untuk meminta petunjuk dan masukan. Jika masih ragu untuk menikah atau belum cocok, silahkan cek ke konselor yang memang sudah mengetahui pola-polanya. Hal apa yang harus diperbaiki, bagaimana cara memperbaikinya dan mengatasi permasalahan. Jangan sampai ketika sudah menikah baru ribut, terluka batinnya, kasian anak jika orang tua harus bercerai,” tuturnya.