TEMPO.CO, Jakarta - Stunting atau gagal tumbuh menjadi salah satu sorotan dari topik kesehatan dalam debat pemilihan presiden dan wakil presiden atau Debat Pilpres 2019 di Hotel Sultan, Minggu, 17 Maret 2019. Angka stunting di Indonesia terbilang tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, kasus stunting tercatat sebesar 30,8 persen. Angka itu menurun dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2013 sebesar 37,2 persen.
Baca: Turunkan Angka Stunting, Ma'ruf Amin Akan Sampaikan Strategi Ini
Stunting dialami oleh anak-anak yang kekurangan gizi atau terkena infeksi berulang. Anak yang stunting biasanya terlihat dari pertumbuhan fisiknya yang tidak optimal alias lebih pendek dibandingkan dengan rata-rata anak seusia. Tapi, hal paling ditakutkan dari stunting bukanlah tubuh pendeknya, melaikan perkembangan otak.
Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, Dr. dr. Damayanti Rusli Sjarif, Sp.A(K) mengatakan, yang paling ditakutkan dari stunting adalah risiko retardasi mental dan gangguan kemampuan kognitif pada anak.
Selain fungsi kognitif, pembakaran lemak terhambat. Sehingga ketika anak stunting diberi makan banyak, ia mengalami obesitas.
Bagaimana retardasi mental dan gangguan kognitif terjadi pada anak stunting? Damayanti mengatakan bahwa otak dan sinaps-sinapsnya berkembang pesat pada 1.000 hari pertama kehidupan atau hingga anak berusia 2 tahun.
Pada anak dengan berat badan kurang dari 10 kg, sebanyak 50 hingga 60 persen energi, yang didapat dari makanan, digunakan untuk perkembangan otak. “Bila asupan nutrisinya kurang, otak dikorbankan lebih dulu. Jadi, pada anak yang mengalami perlambatan berat badan, IQ-nya bisa menurun hingga 3 poin. Bayangkan betapa banyak penurunan IQ yang terjadi pada anak stunting,” kata Damayanti kepada tabloidbintang.com, beberapa waktu lalu.
Artinya, hingga usia 2 tahun, si kecil jangan sampai kekurangan nutrisi. Jika usia anak stunting sudah 2 tahun ke atas, proses pemulihannya lebih sulit. “IQ-nya akan selalu di bawah anak-anak yang tidak stunting atau berdampak pada ketidakmampuan otak,” ujar Damayanti menyambung.
Dalam program kerja pasangan calon presiden dan wakil presiden, stunting menjadi salah satu bagian pengembangan sumber daya manusia. Pasangan calon nomor urut 01 Joko Widodo alias Jokowi - Ma’ruf Amin menawarkan program menurunkan angka stunting dengan mempercepat pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam kandungan, memperbaiki pola asuh keluarga, dan memperbaiki fasilitas air bersih dan sanitasi lingkungan yang mendukung tumbuh kembang anak.
Tak jauh berbeda, pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto – Sandiaga Uno akan memperbaiki kualitas gizi, air bersih, dan sanitasi masyarakat dalam mengatasi ancaman stunting. Aksinya yang akan digiatkan adalah mendorong gerakan nasional "Sedekah Putih", serta menghidupkan kembali semangat gotong royong dan solidaritas sosial di tengah masyarakat.
Baca: Masalah Sanitasi Berkaitan dengan Stunting, Simak Dampaknya