TEMPO.CO, Jakarta - Apa yang Anda lakukan bila sedang menunggu? Apakah Anda bisa melakukan hobi Anda? Ada sebagian kecil masyarakat yang secara konsisten membuat karya seni dengan memanfaatkan ruang publik. Contohnya komunitas Indonesia‘s Sketchers dan Urban Sketchers Indonesia. Komunitas ini adalah kumpulan orang yang gemar menggambar atau membuat sketsa situasi di sekitarnya. Sejak 2009, mereka mulai berkumpul dan membuat kegiatan bersama.
Berbeda dengan para seniman di Jakarta Art Week yang memamerkan karyanya di ruang publik, para pehobi sketsa ini menggambar di area-area publik dan "memamerkan" karya serta kisahnya melalui blog dan media sosial. "Spirit urban sketchers adalah berbagi cerita melalui gambar," kata Donald Saluling, Koordinator Urban Sketchers Indonesia dan humas komunitas Indonesia’s Sketchers. Komunitas ini pun terbuka bagi siapa saja, tak perlu harus bisa atau jago menggambar atau punya bakat serta latar belakang seni.
Urban Sketchers Indonesia, kata Donald, adalah cabang dari komunitas Urban Sketchers internasional yang diinisiasi di Seattle, Amerika Serikat, pada 2009. "Sebetulnya para pehobi sketsa di Indonesia sudah punya komunitas serupa. Baru setelah muncul di dunia, kami masuk ke dalam jaringan itu." Meski bukan berbentuk organisasi resmi dan baku, kegiatan komunitas ini cukup serius. Pada Minggu kedua setiap bulan, Indonesia‘s Sketchers kerap berkumpul di suatu tempat untuk menggambar bersama dan dilanjutkan dengan sesi berbagi cerita atau sharing.
Di mata Donald dan para tukang sketsa ini, Jakarta adalah tempat menarik. "Kami sering sengaja nongkrong di lokasi-lokasi keramaian untuk menggambar, menangkap suasana dan momen yang terjadi di sana." Menurut dia, lokasi di Jakarta yang menjadi favorit para sketcher tak jauh dari kawasan Kota Tua, pecinan, hingga pasar-pasar tradisional. Terakhir, pada awal Agustus lalu mereka baru saja kopi darat di Kawasan Asemka, Glodok, Jakarta Barat. Sebulan sebelumnya, mereka berkumpul di Kawasan Tanah Rendah, di bantaran Kali Ciliwung.
Pemandangan belasan hingga puluhan orang duduk menyebar sambil menggambar tentu menarik perhatian warga sekitar. Tak jarang, Donald bercerita, para sketcher ini dikerubungi warga yang penasaran. Sambil menggambar, mereka mengobrol dengan warga. "Pernah juga ada kasus sketcher yang dipalak preman," seloroh Donald. Aneka pengalaman ini justru menjadi kisah yang menarik bagi mereka.
Di sisi lain, menurut Donald, aktivitas para sketcher ini bukan hanya membuat gambar dan memamerkannya di media sosial. Para tukang sketsa turut berperang dalam merekam perubahan wajah kota. Lewat karya-karya mereka, terlihat bagaimana arsitektur bangunan dan interaksi warga berubah dari waktu ke waktu.
"Contoh paling gampang bagaimana perubahan moda transportasi di Jakarta," ujar Donald. Dia bercerita, dulu sewaktu masih zaman bus kota, Metro Mini, dan Kopaja merajai jalanan Ibu Kota, ia kerap menghabiskan waktu di perjalanan sambil membuat sketsa. Tapi sekarang, sejak Transjakarta dan MRT hadir, perjalanan dalam kota jadi lebih cepat dan lancar. "Kalau dulu saya bisa bikin banyak sketsa di jalan, 5-6 halaman. Sekarang paling hanya satu, karena bus tak lagi ngetem," ia berseloroh.
KORAN TEMPO