Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke [email protected].

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Psikolog Ungkap Alasan Orang Suka Tes Kepribadian seperti Forest

Reporter

image-gnews
Ilustrasi Kepribadian (pixabay.com)
Ilustrasi Kepribadian (pixabay.com)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Kuis interaktif Forest buatan perusahaan Seekrtech sedang viral, punya tampilan gambar ilustrasi menarik dengan dominan warna pastel. Tampilan utama laman Forest menyebut permainan ini berupa menanam pohon sendiri.

Kuis ini disebut-sebut untuk mengetahui seperti apa karakter diri dan karakter teman seperti apa yang akan cocok. Salah satu contoh hasilnya adalah kepribadian yang diwakili bunga matahari, dengan judul "Radiates passion and positive vibes", memancarkan aura dan gairah positif atau kepribadian bunga mawar yang "unik dan penuh kasih sayang".

Mengapa tes kepribadian seperti ini digandrungi orang-orang? Psikolog Sri Juwita Kusumawardhani mengatakan tes seperti itu banyak disukai karena jadi cara termudah untuk mengenali diri atau melabeli sendiri.

"Kita tidak pernah diajarkan di sekolah mengenai pengenalan diri sendiri, jadi banyak orang yang merasa tidak paham dengan dirinya," ujar psikolog yang akrab disapa Wita itu.

Menurut Wita, orang dapat merasa nyaman ketika masuk ke dalam kategori tertentu sebab ada penjelasan mengenai diri mereka. Bagaimana dengan validitasnya? Wita menjelaskan setiap tes perlu dicek oleh pembuatnya untuk memastikan validitasnya. Setidaknya harus ada 30 sampel untuk memastikan apakah tujuan dari tes terpenuhi.

"Artinya harus berlandaskan teori. Saya sudah coba cari untuk test Forest tersebut tapi belum menemukan terkait nilai vailidity ataupun reliability-nya," paparnya. "Jadi, menurut saya, tes seperti ini menjadi lucu-lucuan saja, bisa jadi menggambarkan diri kita, kalau enggak ya jangan kaget karena pembuatan tesnya pun tidak tahu seperti apa."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal serupa diutarakan psikolog Yuli Suliswidiawati. Tes ini bisa jadi viral bila banyak orang yang iseng ingin tahu seperti apa kepribadiannya berdasarkan kuis interaktif tersebut. Namun, Yuli mengingatkan agar orang-orang tidak terlalu serius mempercayai hasil dari kuis-kuis seperti ini.

"Bila itu terjadi, mungkin banyak orang yang dengan sadar tidak mengenal dirinya. Ujungnya, jadi tidak percaya diri," kata Yuli.

Jika betul-betul ingin mengetahui seperti apa kepribadian masing-masing, dia menyarankan untuk mengikuti tes yang sudah jelas valid, seperti tes-tes psikologi yang diikuti orang-orang ketika mengikuti seleksi masuk perusahaan.

"Validasinya harus internasional dengan lintas budaya," jelasnya.

Menurut Wita, lebih baik bertemu langsung dengan psikolog yang bisa menyediakan alat tes yang lebih jelas untuk menggambarkan kepribadian seseorang. "Bukan hanya mengkotak-kotakan saja di satu kategori, karena pada dasarnya setiap manusia itu unik dan berbeda," ucapnya.

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Kesalahan yang Paling Banyak Dilakukan Pria dalam Padu Padan Busana

8 hari lalu

ilustrasi fashion pria (bisnis.com)
Kesalahan yang Paling Banyak Dilakukan Pria dalam Padu Padan Busana

Berikut lima kesalahan umum yang sering dilakukan laki-laki saat dalam hal pakaian dan padu padan busana.


5 Cara Menghadapi Konflik Antara Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog

22 hari lalu

Ilustrasi anak dan orang tua. Freepik.com/Peoplecreations
5 Cara Menghadapi Konflik Antara Orang Tua dan Anak Menurut Psikolog

Menghadapi konflik antara orang tua dan anak bisa menjadi tantangan, tetapi dengan pendekatan yang tepat, hubungan dapat menjadi lebih kuat.


Orang Tua Perlu Siapkan Hal Ini Saat Melepas Anak Naik Sepeda Listrik ke Sekolah

30 hari lalu

Anak-anak terlihat mengendarai sepeda listrik di Jatinegara, Jakarta, pada 3 Agustus 2023. (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/tom)
Orang Tua Perlu Siapkan Hal Ini Saat Melepas Anak Naik Sepeda Listrik ke Sekolah

Kemampuan anak dalam mengendarai sepeda, khususnya sepeda listrik, tidak bisa dianggap remeh.


Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

34 hari lalu

Ilustrasi pencegahan atau stop bunuh diri. Shutterstock
Tubuh yang Tetap Aktif Bantu Cegah Keinginan Bunuh Diri

Psikolog mengatakan menjaga tubuh tetap aktif dan terkena sinar matahari bisa menjadi pertolongan pertama mencegah pikiran bunuh diri.


Penampilan Sederhana Paus Fransiskus Dipuji Perancang Busana Adrie Basuki

39 hari lalu

Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus saat menyapa umat katolik di Gereja Katedral Jakarta, Rabu, 4 September 2024. Paus akan bertemu dengan para uskup, imam, diakon, biarawan-biarawati, seminaris, dan katekis di Gereja Maria Diangkat ke Surga, Gereja Katerdral.  TEMPO/Subekti.
Penampilan Sederhana Paus Fransiskus Dipuji Perancang Busana Adrie Basuki

Perancang busana Adrie Basuki memuji gaya busana Paus Fransiskus yang dinilai menampilkan kesederhanaan namun autentik.


Ridwan Kamil Mau Buat Program Mobil Curhat, Psikolog Minta Maksimalkan Layanan Puskesmas

40 hari lalu

Mobil anti galau atau mobil curhat dari Kemensos untuk cegah narkoba dan seks bebas. yokeepo.com
Ridwan Kamil Mau Buat Program Mobil Curhat, Psikolog Minta Maksimalkan Layanan Puskesmas

Sejumlah psikolog belum bisa melihat program mobil curhat ala Ridwan Kamil bisa membantu mengatasi permasalahan kesehatan mental.


Tanda-tanda Orang yang Merasa Bahagia

46 hari lalu

Ilustrasi wanita bahagia. Unsplash.com
Tanda-tanda Orang yang Merasa Bahagia

Berikut tanda-tanda orang yang merasa bahagia menurut penulis buku Pursuit of Happiness, David Myers.


Kapan Kita Harus ke Psikologi? Ini 5 Tanda yang Perlu Diketahui

49 hari lalu

Konsultasi Psikolog. shutterstock.com
Kapan Kita Harus ke Psikologi? Ini 5 Tanda yang Perlu Diketahui

Ketahui tanda-tanda harus ke psikolog. Apabila mengalami hal sulit, sebaiknya jangan dipendam dan segera mencari bantuan ke psikolog.


Wawancara Keluarga Korban Bom Bali: 4 Bulan Menanti Kabar Suami yang Jadi Korban, Tak Mudah Pulih dari Trauma

8 Agustus 2024

Puing-puing bangunan dan mobil di sekitar Sari Club pasca ledakan bom di Jl. Legian, Kuta, Bali, 16 Oktober 2002. DOK/TEMPO/Hariyanto
Wawancara Keluarga Korban Bom Bali: 4 Bulan Menanti Kabar Suami yang Jadi Korban, Tak Mudah Pulih dari Trauma

Ni Luh Erniati butuh waktu lama untuk pulih dari trauma pasca peristiwa Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan suaminya. Begini kisahnya.


Cegah Kekerasan Berulang, Psikolog Bagi Tips Memilih Daycare

4 Agustus 2024

Orangtua perlu waspada ketika memilih daycare. Pastikan periksa lisensi dan akreditasinya sebelum memilih. Berikut ini beberapa tipsnya. Foto: Canva
Cegah Kekerasan Berulang, Psikolog Bagi Tips Memilih Daycare

Psikolog memberi tips cara memilih daycare yang kredibel agar anak tak menjadi korban kekerasan di tempat tersebut.