TEMPO.CO, Jakarta - Resume atau curriculum vitae (CV) merupakan garis depan perjuangan untuk mendapatkan pekerjaan idaman. Namun, terkadang lowongan pekerjaan yang dibuka tidak sesuai dengan latar belakang dan kemampuan.
Sebagian orang mungkin akan menunggu kesempatan lain, namun tidak jarang pula yang nekat berbohong melalui CV demi mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang diincar.
Dilansir dari jobstreet, ada konsekuensi apabila seseorang berbohong ketika menuliskan rekam jejak yang sebenarnya mengharuskan pelamar untuk jujur. Semenarik apapun tawaran kerja yang diterima, Anda tetap tidak boleh bohong dalam CV. Ini alasannya.
Mempermalukan diri sendiri
Saat tes kemampuan dan ternyata tidak sesuai dengan yang dicantumkan di CV hanya akan membuat malu. Bagaimana mempertanggungjawabkan hal ini jika ternyata Anda lolos dan diterima bekerja sementara Anda tidak memiliki keahlian yang diharapkan perusahaan. Kebohongan dalam CV yang semula dianggap sepele dapat meluas dan berpengaruh besar pada perjalanan karir atau pekerjaan.
Ditandai oleh perusahaan
Kesempatan untuk melamar kembali di perusahaan yang sama menjadi mustahil. Setiap Anda berbohong, pasti ada risiko kebohongan tersebut akan terbongkar. Anda mungkin masih bisa bersilat lidah ketika wawancara. Namun, ketika perekrut menghubungi kontak referensi yang dicantumkan dalam CV untuk bertanya mengenai diri Anda, tidak mungkin meminta orang lain untuk ikut berbohong.
Dipecat
Berlanjut dari poin sebelumnya, jika atasan mengetahui kebohongan dalam CV tersebut maka kemungkinan terburuk yang akan terjadi adalah dipecat. Awal mulanya tentu saja atasan tidak akan mempercayai Anda lagi, ditambah dengan hasil pekerjaan yang buruk akan membuat Anda semakin dinilai negatif. Dari sinilah terdapat kemungkinan atasan akan memutuskan untuk memecat Anda. Selain mencari pekerjaan baru, Anda juga harus memikirkan bagaimana caranya menjelaskan alasan Anda dipecat kepada calon perekrut berikutnya.