TEMPO.CO, Jakarta - Minuman dengan tambahan boba kini sedang tren. Pelengkap minuman manis seperti bubble atau dikenal dengan sebutan boba yang terbuat dari tapioka tidak menyebabkan batu ginjal, namun berpotensi untuk penyakit lain, misalnya pencernaan.
Ahli gizi dan diet Pafitri mengatakan boba jika dikonsumsi dalam jumlah yang wajar tidak menyebabkan efek samping apa pun sebab boba merupakan jenis pati resistan atau untuk meningkatkan serat pangan.
Baca Juga:
"Enggak (penyebab batu ginjal), enggak sampai ke situ. Tapi lebih ke masalah pencernaan. Jadi, mungkin dia lebih ke mengalami sembelit atau begah karena dia kan lebih sulit dicerna tapi kalau wajar enggak apa-apa," ujar Pafitri.
"Dia kan jenis pati resistan, jadi kalau dikonsumsi bagus, kalau berlebihan dia jadi tidak baik. Segala sesuatu yang berlebihan memang tidak baik," lanjutnya.
Pafitri menganjurkan untuk mengonsumsi minuman boba hanya satu sampai dua gelas saja dalam sebulan. Selain itu, sebaiknya anak-anak dan atau lanjut usia juga dihindari dari minuman tersebut.
"Anak-anak dan lansia harus diwaspadai karena bubble-nya yang kenyal itu kadang-kadang sulit dicerna karena kadang-kadang anak sudah besar tapi kemampuan mengunyahnya belum bagus," jelas Pafitri.
Dalam setiap 500 mililiter minuman boba mengandung 500-800 Kal atau sekira dua sampai lima piring nasi putih 100 gram. Jika diminum secara terus-menerus bisa memicu penyakit seperti hipertensi, diabetes, jantung, dan kanker.